radarselatan.bacakoran.co, BENGKULU - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Bengkulu mencatat inflasi pada 2024 diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan 2023.
Inflasi tahun 2024 diperkirakan sebesar 2,50 persen atau melambat 1 persen year over year (yoy). Dengan potensi bias atas dibandingkan dengan realisasi 2023 sebesar 3,09 persen (yoy).
BACA JUGA:Pagu Anggaran Rp2,962 triliun, Pendapatan Negara Provinsi Bengkulu Rp728 miliar
Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya dampak lanjutan penyesuaian harga BBM, penguatan upaya pengendalian inflasi di daerah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), dan penetapan harga acuan penjualan baru oleh BAPANAS.
Kepala Perwakilan BI Bengkulu, Darjana, mengatakan berbagai upaya dilakukan dengan memaksimalkan pelaksanaan kegiatan dalam rangka Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan yang dilaksanakan TPID Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Bengkulu.
Khususnya pada komoditas bahan makanan. Sehingga mampu menjaga stabilitas harga pangan tetap stabil.
BACA JUGA:Perekrutan PPS Dibanjiri Peminat, Tanjung Kemuning Paling Banyak
BACA JUGA:Nelayan Tersenyum, Harga Tuna Segar Kembali Naik
"Penyaluran bantuan pangan beras, masifnya GPM, dan pasar murah, keberadaan Toko Pangan Ado Galo dan toko mitra Bulog untuk menahan kenaikan harga bahan pangan di pasar, terutama pada momen HBKN Ramadhan dan Idul Fitri juga memengaruhi angka inflasi daerah," kata Darjana, Minggu (4/5/2024).
Pengendalian inflasi juga dapat dilakukan dengan memaksimalkan potensi peningkatan produksi pangan terutama di daerah non-sentra melalui program tanam pekarangan dan urban farming.
Kegiatan budidaya pertanian, operasi pasar dan pasar murah, bantuan transportasi penyediaan bahan pangan, bantuan alsintan dan Saprodi.
"Serta pemantauan perkembangan harga rutin harian, kerja sama antar daerah. Juga memengaruhi angka inflasi," beber Darjana.
BACA JUGA:Rehab Bangunan Pasar Kedurang Butuh Dana Rp 1,8 Miliar
Selain itu terdapat beberapa risiko yang dapat meningkatkan inflasi Bengkulu. Yakni meningkatnya permintaan masyarakat komoditas bahan makanan pada Ramadan dan Idul Fitri. Produksi dalam daerah juga terbatas akibat pergeseran masa tanam yang terganggu.
"Kondisi gagal panen pada akhir 2023, bencana banjir, serta cuaca dan hama yang mengganggu produktivitas komoditas yang telah ditanam memengaruhi harga pasar kebutuhan bahan pangan," demikian Darjana. (cia)