Junjung Tinggi Persaudaraan, Tinggalkan Pertikaian

Ilustrasi: Junjung Tinggi Persaudaraan Tinggalkan Pertikaian-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang zalim”. (Qs. Al-Hujurat: 11).

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,  Dalam Al-Qur’an, ada banyak kata yang maknanya merujuk pada makna menghina, mengolok-olok atau mencela. Salah satunya ialah kata “Al-Sukhriyah” yang tercantum pada ayat 11 surat Al-Hujurat tersebut. 

BACA JUGA:Disdikbud Dorong Les Tambahan PAI di Sekolah

Dalam ayat tersebut Allah secara tegas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk tidak saling menghina satu sama lain dan memanggil dengan panggilan-panggilan yang buruk, karena boleh jadi orang yang dihina lebih baik dari orang yang menghina.

 Al-Ghazali dalam Ihya Ulum ad-Din jilid V hal 469 menjelaskan bahwa makna kata “Al-Sukhriyah” ialah meremehkan dan merendahkan serta menyebutkan aib atau kekurangan orang lain dengan tujuan agar menjadi bahan tertawaan baik dengan perbuatan, perkataan ataupun dengan isyarat. Di mana hal tersebut merupakan perbuatan yang secara tegas dilarang oleh Allah SWT. 

BACA JUGA:Perkuat Mental Pengantin Baru, PAI Datangi Warga

Bahkan jika orang yang dihina merupakan orang yang telah bertaubat dari perbuatannya, maka dikhawatirkan akan menjadikannya melakukan perbuatan yang sama. 

Sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits Turmudzi dari jalur Muadz bin Jabal “Muadz bin Jabal berkata: Rasulullah Saw bersabda: “barangsiapa mencela saudaranya dengan dosa (yang diperbuatnya) sedang ia telah bertaubat, maka ia tidak akan mati kecuali telah melakukannya”.

BACA JUGA:Pembangunan Rumah Sakit Pratama Dimulai, Ini Harapan Bupati Kaur

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,  Lebih lanjut, dengan mengutip penafsiran Ibnu Abbas pada ayat 49 surat Al-Kahfi, Al-Ghazali mengingatkan dengan tegas bahwa menghina orang lain meski dengan hanya tersenyum mendengar hinaan merupakan perbuatan tidak baik yang hasil produknya ialah dosa.

Apalagi jika menghina dengan diiringi tertawa dengan keras. “Ibnu Abbas terkait firman Allah Ta’ala: “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal,

BACA JUGA:Nofi: Tanpa Harus Dibahas, Dana Banpol Harusnya Dianggarkan

yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya” berkata: maksud dari lafadz “Al-Shagirah” ialah tersenyum dengan (tujuan) menghina orang mukmin sedangkan lafadz “Al-Kabirah” ialah terbahak-bahak dengannya. Ini menunjukkan bahwa menertawai orang lain (menghina) ialah termasuk dari bagian dosa-dosa besar.”

Dalam hal ini, kita diingatkan untuk selalu bermuamalah dengan baik dan menjaga tali persaudaraan antar sesama dengan menjaga lisan dan tangan kita di dunia nyata dan dunia maya.

BACA JUGA:Serapan DAK Non Fisik di Bengkulu Rp 710 Miliar

Tag
Share