Djibouti, Negara Paling Panas dan Sulit Air, Mandi Merupakan Sesuatu Yang Mewah
Kondisi daratan negara terpanas dan krisis air-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Air adalah sumber kehidupan, tidak ada air manusia tidak akan bisa bertahan hidup dalam waktu lama.
Namun di dunia ini ada negara yang paling panas dan sangat sulit mendapatkan air. Saking sulitnya air, mandi adalah sesuatu hal yang mewah bagi masyarakatnya.
Negara paling panas dan kesulitan air itu adalah Djibouti, sebuah negara kecil di Afrika Timur, dikenal sebagai salah satu negara dengan cuaca paling ekstrem di dunia.
BACA JUGA:5 Negara Nyaris Tanpa ada Malam, Fenomena Midnight Sun, Ini Daftarnya
Negara ini memiliki iklim subtropis yang panas dan gersang, dengan suhu harian rata-rata antara 32 hingga 41 derajat Celcius.
Panas yang luar biasa adalah kenyataan yang tak terhindarkan di sini setiap tahunnya.
Selain suhu yang ekstrem, Djibouti juga menghadapi masalah besar dalam mengakses air bersih, baik untuk minum maupun mandi.
Satu kebiasaan unik yang berkembang di Djibouti adalah cara berbicara penduduknya yang cenderung sangat pelan.
Kebiasaan ini dilakukan untuk mengurangi penguapan cairan tubuh yang terjadi saat berbicara dengan suara keras.
Dengan berbicara pelan, mereka berusaha menjaga kelembaban tubuh dan menghindari dehidrasi di tengah kondisi yang sangat panas.
BACA JUGA:Layak Dicontoh, DUlu Hanya Desa Miskin, Kini Gwadar Menjadi Daerah Pelabuhan Kaya Raya dan Modern di Arab
Djibouti menghadapi kesulitan besar dalam mendapatkan air tawar karena beberapa faktor geografis dan lingkungan.
Salah satu masalah utama adalah kurangnya sumber air permukaan seperti sungai atau danau.
Selain itu, sekitar 90 persen wilayah Djibouti adalah gurun pasir, yang menyebabkan penguapan air sangat tinggi dan curah hujan yang sangat rendah.
Hujan yang langka dan tidak merata membuat cadangan air alami sangat sulit untuk diperbaharui.
Karena pasokan air yang terbatas, penduduk Djibouti terpaksa menggali sumur dan mengumpulkan air hujan sebagai cadangan.
Beberapa orang bahkan membeli air tawar yang sangat mahal sebagai alternatif.
BACA JUGA:Kehidupan di Desa Nukunonu, Pemukiman Paling Terisolasi di Tengah Samudra, Ancaman Tenggelam Selalu Mengintai
Di daerah-daerah yang sangat kekurangan air, bisnis jual beli air menjadi hal yang umum. Orang-orang membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti untuk minum, memasak, atau mandi.
Di tengah kesulitan ini, Djibouti memiliki danau terkenal yang disebut Danau Assal.
Danau ini merupakan titik terendah di dunia, sekitar 155 meter di bawah permukaan laut.
Meskipun begitu, Danau Assal memiliki kadar garam yang sangat tinggi—sekitar 10 kali lebih banyak daripada air laut biasa.
Airnya yang sangat asin tidak dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, baik untuk diminum maupun mandi.
Bahkan, mandi di Danau Assal dapat menyebabkan rasa gatal pada kulit, dan paparan sinar matahari yang intens bisa memperburuk kondisi ini dengan luka bakar.
Masyarakat sekitar Danau Assal hidup dalam kondisi yang sangat miskin, meskipun danau tersebut memiliki potensi wisata yang sangat besar.
BACA JUGA:Fakta Menarik Albania, Negara Kecil dengan Segudang Kontroversi
Hal ini menunjukkan ironi yang sering terjadi di banyak tempat di dunia, di mana meskipun suatu tempat memiliki daya tarik wisata yang luar biasa, masyarakat lokal seringkali tidak bisa memanfaatkan potensi tersebut karena kemiskinan dan keterbatasan infrastruktur.
Djibouti terletak di wilayah tanduk Afrika, berbatasan dengan Somalia, Ethiopia, dan Eritrea, serta memiliki garis pantai sepanjang Laut Merah dan Teluk Aden.
Negara ini memiliki populasi sekitar 1,1 juta orang, dengan dua bahasa resmi, yaitu bahasa Arab dan bahasa Perancis.
BACA JUGA:7 Wisata Paling Unik di Indonesia, Tidak Ada di Negara Lain, Benar Benar Mengagumkan, Ini Daftarnya
Bahasa Arab mencerminkan mayoritas agama Islam yang dianut oleh sekitar 94% penduduk, sementara bahasa Perancis, hasil dari masa penjajahan Prancis, tetap digunakan dalam pemerintahan, pendidikan, dan komunikasi internasional.
Bahasa Somalia juga digunakan sehari-hari oleh suku Somalia yang mendominasi negara ini, sementara bahasa Afar juga penting dalam.(**)