4 Bendungan Terbesar Di Indonesia, Terkenal Karena Fungsi dan Keindahannya, Jika Jebol Bencana Besar Terjadi

TERBESAR: Bendungan Riam kanan salah satu bendungan terbesar di Indonesia-istimewa-radarselatan.bacakorang.co

radarselatan.bacakoran.co - Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali bangunan bendungan.

Ada yang berukuran kecil, sedang hingga bendungan yang berukuran sangat besar dan luas.

Bendungan bendungan ini sengaja dibangun untuk kegunaan dan fungsi masing masing.

Ada yang berfungsi untuk pengairan areal pertanian, ada yang dibangun untuk mengendalikan banjir dan ada pula yang berfungsi untuk membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

BACA JUGA:Ingin Buka Kedai Kopi? Ini Tips agar Bisa Lebih Menarik dan Menguntungkan

Seiring berjalannya waktu, bendungan yang dibangun di Indonesia ini memberikan fungsi tambahan, salah satunya adalah sebagai tempat destinasi wisata dan lokasi budidaya perikanan.

Bahkan ada beberapa bendungan sudah terkenal keindahannya hingga manca negara sehingga bisa menggerakkan perekonomian masyarakat di sekitar bendungan.

Namun dibalik fungsinya yang luar biasa itu, bahaya besar juga selalu mengintai, jika salah satu dari bendungan terbesar di Indonesia jebol, maka ada beberapa daerah di sekitarnya yang akan tenggelam.

Berikut adalah 4 bendungan terbesar di Indonesia yang konon jika salah satunya jebol, dapat mengakibatkan beberapa kota di sekitarnya terendam.

BACA JUGA:7 Destinasi Wisata Paling Memacu Adrenalin Di Indonesia, Menegangkan dan Bisa Membuat Jantung Berdegup Kencang

1. Bendungan Tilong yang terletak di Nusa Tenggara Timur.

Bendungan ini terletak di desa Noel Nasi Kecamatan kupang Tengah Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasinya berjarak sekitar 31 km dari kota Kupang.

Bendungan ini diresmikan oleh presiden Megawati Soekarno Putri pada 19 Mei tahun 2022.

Bendungan Tilong memiliki luas tangkapan air 36,47 kilometer persegi, luas genangan 154,90 hektar, kapasitas tampungan 19,07 juta meter kubik, dan volume efektif 17,31 meter kubik. Rata-rata hujan tahunan 1.457 mm, elevansi muka air normal lebih kurang 100 meter, dan elevansi muka air banjir 102, 37 meter.

Bendungan ini dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan sumber pengairan lahan pertanian. Jika bendungan ini jebol maka beberapa kota dan pemukiman penduduk di sekitarnya terancam tenggelam.

BACA JUGA:Pentingnya Pengembangan Teknologi dan Inovasi Dalam Penanggulangan Bencana

2. Bendungan Riam Kanan di Pulau Kalimantan.

Bendungan ini berada di Desa Aranio, Kec. Aranio, Banjar, Kalimantan Selatan. Bendungan ini hanya berjarak sekitar 24 kilometer dari bundaran Banjar Baru dengan waktu tempuh sekitar 35 menit.

Waduk Riam Kanan berperan penting sebagai pengatur tata air, mencegah erosi dan banjir.

Sebagai objek wisata alam, danau atau waduk ini memiliki bentang alam yang menarik dengan panorama danau, lembah dan bukit di sekelilingnya serta untuk kegiatan olahraga air.

Pegunungan Meratus yang indah dan hijau mengelilingi Danau Riam Kanan. Di tempat ini, juga ada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir. Pangeran Mochamad Noor atau yang lebih dikenal dengan nama Waduk Riam Kanan.

Waduk yang luasnya menyerupai danau ini selalu ramai dikunjungi wisatawan, khususnya di akhir pekan.

Pembangunan danau ini menyebabkan penduduk 9 desa harus dipindahkan karena terendam. Luas keseluruhan waduk Riam Kanan sekitar 9.730 hektar.

Jika waduk ini jebol maka beberapa kota dan pemukiman penduduk akan tenggelam.

BACA JUGA:Koalisi Prabowo - Gibran di DPR Mulai Tergambar, NasDem dan PKB Merapat

3. Bendungan Wonorejo di Jawa Timur.

Bendungan ini berada di kaki gunung wilis Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat kota Tulungagung.

Bendungan ini menampung air sekitar 122 juta meter kubik, bendungan ini pun menjadi salah satu bendungan terbesar di Indonesia.

Karena luasnya menyerupai danau, bendungan ini sudah menjadi salah satu tempat wisata yang indah dan mampu menarik minat banyak pengunjung umntuk datang.

Bendungan ini diresmikan pada tanggal 21 Juni 2001 oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu, Megawati Sukarnoputri.

Bendungan ini dibangun pada aliran Sungai Gondang di Desa Wonorejo. Luas genangan bendungan ini mencapai 3,85 km2. Jika bendungan ini jebol, maka beberapa kota dan desa disekitarnya akan tenggelam.

BACA JUGA:VIRAL! Pintu Cahaya Menembus Langit Bumi Sekundang Setungguan, BMKG: Sama Seperti Pelangi

4. Bendungan Gedong Ombo yang berada di Jawa Tengah.

Bendungan atau Waduk Kedungombo terletak di perbatasan antara tiga kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Grobogan, Sragen dan Boyolali, tepatnya di Geyer, Grobogan.

Bendungan utama Waduk Kedungombo berada di perbatasan antara Desa Rambat dan Desa Juworo di Geyer, Grobogan.

Waduk ini berfungsi untuk menampung air dari Sungai Serang dan Sungai Uter, serta air dari Sungai Sentulan, Sungai Jenglong, dan Sungai Karangboyo.

Pemerintah Indonesia sebenarnya telah menyetujui pembangunan waduk ini pada tahun 1981, dan rencananya waduk ini akan mulai dibangun pada tahun 1982, tetapi karena pemerintah mengalami kesulitan dalam mengumpulkan pendanaan, waduk ini baru dapat mulai dibangun pada tahun 1984.

Pembangunan waduk ini akhirnya dibiayai dengan pinjaman dari Bank Dunia sebesar US$ 156 juta dengan bunga sebesar 9,25% per tahun, serta dengan alokasi APBN sebesar US$ 105,8 juta dan kredit ekspor dari Bank Exim - ODA sebesar US$ 21,3 juta.

BACA JUGA:Honda X-ADV 750 2024 Motor Bermesin Aneh, Bisa Mattic Bisa Manual, Tampilannya Sangat Keren

Untuk pembangunan waduk ini, sebanyak 5.391 keluarga pun harus dipindah. Karena kecilnya ganti rugi yang diberikan, kemudian terjadi peristiwa penolakan pemindahan yang dikenal sebagai Kasus Kedung Ombo.

Pada bulan Januari 1984, mulai dilakukan pembangunan terowongan pengelak untuk mengalihkan aliran Sungai Serang selama proses pembangunan waduk ini.

Setelah sempat terjadi longsor di hulu terowongan pengelak akibat kurangnya pekerjaan pengamanan lereng, terowongan pengelak akhirnya berhasil diselesaikan pada tanggal 17 Oktober 1984, dengan diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum saat itu, Suyono Sosrodarsono.

Waduk ini akhirnya mulai diisi pada tanggal 14 Januari 1989 oleh Menteri Pekerjaan Umum saat itu, Ir. Radinal Mochtar, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 18 Mei 1991.

Pada pertengahan dekade 1990-an, terjadi retakan memanjang di puncak bendungan dari waduk ini. Retakan tersebut kemudian diisi dengan tanah lempung dan ditimpa dengan aspal.

BACA JUGA:Budidaya Limau Nasi, Berpotensi untuk Bisnis

Pada tanggal 24 Oktober 1995, juga terbentuk lubang sedalam 1,1 meter di badan bendungan dari waduk ini. Lubang tersebut kemudian juga diisi dengan tanah lempung dan ditimpa dengan aspal.

Saat ini bendungan menjelmah menjadi tempat wisata yang sering dikunjungi. Namun jika bendungan ini jebol, maka beberapa kota dan desa di sekitar bendungan ini akan terdampak. (**)


Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan