Waspada! Kasus HIV/AIDS di Bengkulu Selatan Mencapai 26 Orang

Kasus HIV/AIDS di Bengkulu Selatan-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

Radarselatan.bacakoran.co - KOTA MANNA, Setiap waktu angka kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bengkulu Selatan bukanya berkurang, justru bertambah banyak. Hal ini tentu menjadi alarm serius bagi dunia kesehatan di daerah.

Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bengkulu Selatan, sepanjang periode Januari hingga September 2025, tercatat kasus HIV/AIDS mencapai 26 orang atau kasus.

Jumlah ini menunjukan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

BACA JUGA:Bupati Bengkulu Selatan Terima Audiensi BPS Terkait Kesiapan Sensus Ekonomi 2026

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan, Didi Ruslan, M.Si melalui Pelaksana tugas (Plt) Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Helma Boti menyampaikan, temuan kasus tersebut berasal dari hasil pemeriksaan rutin terhadap sejumlah kelompok masyarakat yang masuk dalam kategori berisiko tinggi.

Kelompok tersebut antara lain pekerja seks komersial (PSK), pengguna narkoba suntik, serta individu dengan perilaku seksual tidak aman.

BACA JUGA:Wujud Kepedulian Sosial, Dinsos Bengkulu Selatan Gencarkan Gerakan Peduli Lansia

“Dari hasil pemeriksaan dan pemantauan lapangan, kami menemukan adanya peningkatan kasus pada kelompok rentan. Ini menjadi tanda bahwa penularan HIV di Bengkulu Selatan masih berlangsung aktif,” ungkap Helma.

Ditegaskan Plt Kabid P2P, salah satu faktor utama yang diduga kuat mendorong peningkatan penyebaran HIV di Bengkulu Selatan adalah praktik prostitusi liar yang semakin marak dan sulit diawasi.

BACA JUGA:SMAN 6 Bengkulu Selatan Mengembangkan Kreativitas Siswa melalui Ekstra Jurnalistik

Menurutnya, praktik tersebut berlangsung secara tersembunyi di lokasi-lokasi tertutup dan sering berpindah-pindah, sehingga menyulitkan petugas kesehatan melakukan pengawasan medis dan pemeriksaan rutin.

“Berbeda dengan kawasan lokalisasi resmi yang masih bisa dipantau dan mendapatkan layanan kesehatan secara berkala, prostitusi liar justru memperbesar risiko penyebaran HIV karena tidak ada kontrol medis, tidak ada edukasi, dan pelakunya sulit dijangkau,” jelas Helma.

BACA JUGA:Tak Hanya Siswa, Guru Juga Wajib Menambah Pengetahuan

Ia menambahkan, modus prostitusi kini banyak bergeser ke ranah online atau “booking” via media sosial, yang membuat praktik tersebut semakin sulit dideteksi aparat maupun tenaga kesehatan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan