Curah Hujan Berkurang, Tanaman Sawit Kembali Ngetrek
Ilustrasi-Istimewa-radarselatan.bacakoran.co
BACA JUGA:Sektor Pendidikan di Kaur Harus Bangkit
Atas kondisi tersebut, Halimin mengaku petani tidak dapat berbuat banyak. Jika ingin dipaksa dengan penyiraman manual, petani kewalahan di peralatan dan sumber air. Belum lagi untuk kebutuha operasional mesin pompa.
BACA JUGA:Hadirkan Pelayanan Cepat Terpadu Melalui Program Sapa Masyarakat
“Prediksi kami, untuk mengembalikan tanaman sawit ini ke posisi normal. Paling tidak butuh curah hujan yang tinggi, setelah itu harus dipupuk maksimal. Kalau musim panas kembali berlanjut, maka kerusakan tanaman sawit semakin nyata,” bebernya.
Sementara itu, Putra (34) Pemilik Ram Sawit Pino Raya membenarkan jika harga beli TBS tidak stabil akhir-akhir ini.
Ini karena pabrik pengelolaan TBS mematok harga yang tidak sama. Bahkan, per harinya harga TBS cenderung berubah dengan alasan yang kurang masuk akal.
BACA JUGA:Bappeda-Litbang Bengkulu Selatan Susun Dokumen Pantai Kritis
“Kebanyakan pabrik minta TBS yang bersih, matang dan besar. Dengan kondisi trek saat ini, jangankan mau berbuah besar, jadi biji saja sudah untung. Maka itu, kami hanya mengikuti alur pasar saja. Kalau di pabrik belinya mahal, maka kami beli TBS petani juga mahal,” ujarnya.
Lanjut Putra, dampak dari musim trek tanaman sawit. Suplai TBS ke pabrik berkurang drastis. Bahkan jika sepekan dirinya bisa menyuplain hingga 150 ton TBS, saat ini hanya sepertiganya saja.
BACA JUGA:Standar Pelayanan Publik Harus Benar-Benar Diterapkan
“Sudah harga murah, TBS juga minim. Memang kondisi saat ini sangat memperngaruhi perputaran ekonomi masyarakat. Harapan kami, pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan yang pas terkait kondisi saat ini,” pungkasnya. (rzn)