Curah Hujan Berkurang, Tanaman Sawit Kembali Ngetrek

Ilustrasi-Istimewa-radarselatan.bacakoran.co

radarselatan.bacakoran.co, KOTA MANNA - Akhir-akhir ini para petani kelapa sawit di Kabupaten Bengkulu Selatan  kembali mengeluhkan hasil panen Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang kembali minim akibat tanaman kembali ngetrek atau terjadi pengurangan calon buah secara drastis. 

Hal ini dinilai akibat berkurangnya curah hujan yang turun sebagai suplai utama perkembangan bakal buah sawit.

BACA JUGA:Banyak Ternak Mati Mendadak, Tim Balai Veteriner Lampung Datangi Bengkulu Selatan

Mirisnya lagi, di saat tanaman sawit kembali ngentrek, harga jual TBS di tingkat petani tak kunjung membaik. 

Terhitung Rabu (21/5/2025) harga TBS di lahan Rp2300 per kilogram. Jika petani mengantar langsung ke pengepul harganya mentok di Rp2350 per kilogram.

BACA JUGA:Kenaikan Pajak Kendaraan, Bisa Revisi Perda atau Diskon

Halimin (49) petani sawit Kecamatan Pino Raya menceritakan, pasca musim panas selama tiga bulan terhitung Maret hingga sekarang. 

Hasil panen sawit per hektar tidak lebih dari 500 kilogram. Bahkan, pernah satu hektar tanaman sawit berusia dewasa hanya menghasilkan 300 kilogram TBS.

BACA JUGA:Warga Keluhkan BBM Kosong di SPBU, Pertamina Sampaikan Alasan Klasik

“Dibandingkan beberapa musim sebelumnya, saya rasa akhir tahun ini yang paling parah ngetreknya. Hasil panen sawit saat ini sangat tidak normal, dan kami (petani) cenderung merugi,” ujarnya.

BACA JUGA:Kunjungan Gubernur Bengkulu Ke Kaur Ditunda

Lanjut Halimin, bukannya tidak dikelola. Para petani sawit umumnya terus memperhatikan kondisi kebun, baik itu kebersihan lahan dari rumput liar, pemupukan hingga proning pelepah tua.

BACA JUGA:Tingkatkan Harga BBL Dinas Perikanan Kaur, Audiensi Ke BPBAP Situbondo

“Yang jadi faktor saat ini adalah kadar air, ketika musim panas sawit kesulitan menyerap air tanah. Akibatnya pembentukan buah tidak maksimal, bahkan tanaman sawit cenderung menguning,” katanya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan