PEMBELAJARAN KIMIA TERDIFERENSIASI BERBANTUAN MEDIA CARE DENGAN PENDEKATAN I-CORE BERBASIS KEARIFAN LOKAL
PEMBELAJARAN KIMIA TERDIFERENSIASI BERBANTUAN MEDIA CARE PENDEKATAN I-CORE BERBASIS KEARIFAN LOKAL-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan merupakan sekolah penggerak yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu praktik baik yang telah dilakukan dalam rangka penerapan Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran kimia terdiferensiasi berbantuan Media CARE (Chemistry Application Interactive) dengan pendekatan I-CORE (Inquiry, Critical Thinking, Organization, Relevance, Engagement) Berbasis Kearifan Lokal. Tujuan pembelajaran pada materi Elektrokimia adalah siswa dapat menganalisis konsep sel volta dalam kehidupan sehari-hari dan merancang eksperimen sederhana tentang sel volta berbasis kearifan lokal.
Situasi
Berdasarkan rapor pendidikan SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan, kualitas pembelajaran adalah indikator dengan pencapaian terendah, yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya metode pembelajaran. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang dibuktikan dari lembar hasil belajar semester sebelumnya. Berdasarkan data empiris yang didapatkan beberapa penyebabnya yaitu media pembelajaran yang digunakan belum bervariasi dan model pembelajaran masih konvensional. Media pembelajaran guru belum memfasilitasi gaya belajar siswa sehingga pembelajaran hanya satu arah dan tidak interaktif. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan guru belum berpihak pada siswa.
Tantangan
Berdasarkan situasi di atas, maka terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran kimia yaitu tantangan internal dan eksternal.
Tantangan dari dalam diri siswa, tantangan dari guru dan tantangan dari sekolah. Tantangan dari siswa yaitu rendahnya motivasi, keaktifan, dan kesiapan belajar siswa dalam menerima materi elektrokimia dan mengaplikasikan dalam kehidupan nyata. Tantangan dari guru adalah media pembelajaran yang digunakan bersifat konvensional. Media belum bervariasi dan belum mengakomodir kebutuhan siswa. Pendekatan pembelajaran perlu dipikirkan agar sejalan dengan model pembelajaran yang digunakan. Tantangan dari sekolah adalah adanya keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran. Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, dilakukan kolaborasi dengan kepala sekolah, guru/rekan sejawat, siswa, orang tua/wali siswa, dan melakukan refleksi diri.
Aksi
Adapun aksi yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan belajar dan karakter siswa pada pembelajaran kimia melalui pembelajaran berbantuan CARE (Chemistry Application Interactive) dengan pendekatan I-CORE (Inquiry, Critical Thinking, Organization, Relevance).
Materi elektrokimia berhubungan erat sekali dengan kehidupan sehari-hari. Sebelum memulai kelas guru melakukan tahapan awal dengan mengidentifikasi hasil asesmen non kognitif yang telah dilakukan melalui wawancara berkolaborasi bersama guru BK untuk mengetahui kondisi, minat dan gaya belajar siswa guna mempersiapkan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam hal ini guru mengembangkan media CARE (Chemistry Application Interactive) yang dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa karena terdapat video, podcast dan lab maya. Sehingga media ini dapat mengakomodir segala kebutuhan belajar siswa.
Model pembelajaran problem based learning (PBL) dipilih karena relevan dengan pendekatan yang guru rancang untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan melatih siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis. Pada pembelajaran kimia ini guru menerapkan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk berdasarkan aspek kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa. Langkah-langkah pembelajaran terdiferensiasi menggunakan model problem based learning (PBL) yang telah dilakukan adalah:
1. Orientasi siswa pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan mengecek kesiapan siswa dan memaparkan tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran yang digunakan, asesmen dan manfaat belajar elektrokimia. Pada awal proses pembelajaran guru melakukan assesmen awal untuk mengetahui kemampuan awal dan kesiapan belajar peserta didik sehingga penyesuaian pembelajaran dapat dilakukan sesuai kebutuhan dengan menggunakan wordwall, hasil asesmen dipetakan berdasarkan tingkat kategori pemahaman dengan cepat dan tepat yaitu: kategori 1 paham utuh, kategori 2 belum paham. Hasil ini kita jadikan dasar dalam pembagian kelompok.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada tahap ini guru membagi kelompok sesuai kategori pemahaman. Dalam pembentukan kelompok setiap siswa akan dipasangkan dengan tingkat kategori pemahaman yang berbeda. Siswa dengan kategori paham utuh akan menjadi narasumber dan bisa melanjutkan pembelajaran menggunakan media care. Guru memberikan pendampingan khusus kepada siswa yang belum paham. Guru membagikan mistery envelope menggunakan metode spin wheel. Setiap kelompok berkolaborasi merangkai kata menjadi sebuah kalimat yang megandung konsep elektrokimia. Kelompok yang terlebih dahulu selesai, maka berkesempatan mengakses QR Code yang ada di display dinding kelas. Siswa mendapatkan tantangan dari QR Code untuk menyelesaikan masalah yang ada.
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.