radarselatan.bacakoran.co - Masuknya pengaruh Hindu dan Buddha ke Indonesia telah memperkaya sejarah peradaban kita dengan berbagai kerajaan, budaya, dan arsitektur.
Salah satu bukti monumental dari masa tersebut adalah banyaknya candi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jumlah candi dan situs bersejarah di Indonesia mencapai lebih dari 2.000, dan angka ini terus bertambah seiring penemuan baru.
BACA JUGA:Candi Jago, Peninggalan Kerajaan Singosari, Dibangun Untuk Menghormati Raja
Di Magelang, terdapat banyak candi terkenal seperti Candi Borobudur dan Candi Mendut.
Namun, ada satu candi yang masih kurang dikenal, yaitu Candi Ngawen.
Candi Ngawen terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan saksi bisu sejarah panjang Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno.
Nama Candi Ngawen diambil dari lokasi candi tersebut, yaitu Desa Ngawen. Dalam bahasa Sansekerta, "Ngawen" berarti "hutan bambu."
BACA JUGA:Goa Selomangleng, Salah Satu Tempat Wisata Menarik di Kediri, Seperti ini Penjelasannya
Candi ini diperkirakan merupakan bangunan suci yang disebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 Masehi.
Candi Ngawen ditemukan pada tahun 1811 dan penelitian lebih lanjut dilakukan pada tahun 1920 oleh seorang peneliti Belanda.
Candi ini awalnya tertutup pasir akibat letusan Gunung Merapi, dan upaya pelestarian melibatkan pengeringan lahan sawah di sekitarnya serta ekskavasi untuk mengungkap kekayaan sejarah yang ada.
BACA JUGA:Candi Tondowongso, Situs Kerajaan Kediri Kuno yang Terlupakan, Kondisinya Memilukan
Candi Ngawen dibangun sekitar abad ke-8 Masehi oleh penguasa Kerajaan Mataram Kuno dari wangsa Syailendra.
Candi ini terdiri dari dua candi utama dan tiga candi kecil. Salah satu keunikan Candi Ngawen adalah keberadaan empat arca singa di setiap sudut candi.
Arca singa ini menyerupai lambang singa pada negara Singapura dan berfungsi sebagai saluran air hujan yang keluar melalui mulut arca.
BACA JUGA:Sejarah Candi Gununggangsir, Dibangun Untuk Seorang Janda, Seperti Ini Sejarahnya
Bangunan Candi Ngawen menghadap ke timur dan tersusun berurutan dari arah selatan. Dari lima candi yang ada, hanya Candi 2 yang telah selesai dipugar pada tahun 1927 dan memiliki komponen paling lengkap.
Empat candi lainnya hanya tersisa bagian kaki, dengan Candi 1 yang paling parah kondisinya, hanya menyisakan pondasi.
Candi Ngawen adalah candi Buddha, terbukti dari temuan arca Buddha seperti di Candi 2 yang menggambarkan Buddha Ratnasambhava dan di Candi 4 yang menggambarkan Buddha Amitabha.
BACA JUGA:Wisata Sejarah Candi Pari, Peninggalan Kerajaan Majapahit di Sidoarjo
Meskipun Candi Ngawen terlihat mirip dengan candi Hindu karena bentuknya yang meruncing, candi ini memiliki stupa dan teras berundak yang merupakan simbol dalam candi-candi Buddha.
Fungsi Candi Ngawen adalah sebagai tempat ibadah umat Buddha. Di sisi candi, ditemukan berbagai relief yang menggambarkan cerita-cerita dari ajaran Buddha, seperti ukiran Kinara-Kinari dan Kalapataru.
BACA JUGA:Ditemukan Bangunan Mirip Candi Borobudur, Lokasinya di Tengah Perkebunan Sayur Cianjur
Kinara dan Kinari adalah makhluk kayangan yang berwujud setengah manusia dan setengah burung, sedangkan Kalapataru adalah pohon kayangan yang hidup sepanjang masa, dengan dahan-dahan yang diartikan sebagai perhiasan indah.
Candi Ngawen dirawat oleh juru pelihara untuk mencegah lumut pada batu-batunya.
Sayangnya, tidak semua batu pada candi ini adalah batu asli, melainkan batu tambahan akibat kerusakan selama pemugaran.
BACA JUGA:Candi Sewu di Klaten Jawa Tengah dan Kisah Seribu Candi, Seperti Ini Sejarahnya
Pemugaran Candi Ngawen telah dilakukan dua kali, pertama pada tahun 1925-1927 dan kedua pada tahun 2011-2012.
Candi Ngawen juga menyelenggarakan festival budaya yang meriah, yaitu Festival Bumi Mandala.
Festival ini diadakan setiap tahun sebagai bentuk syukur atas panen yang melimpah dan doa untuk kelancaran musim tanam berikutnya.
Festival ini meliputi berbagai acara, seperti pertunjukan kesenian tradisional Jawa, lomba-lomba, dan pameran UMKM.
BACA JUGA:Candi Simbatan, Pemandian Keluarga Raja Abad 10, Seperti Ini Penampakannya
Tradisi kirap swiwi tis, di mana nasi tumpang dan hasil panen diarak dari berbagai desa sekitar Candi Ngawen, adalah inti dari festival ini.
Festival ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat di sekitar Candi Ngawen menjaga budayanya dengan sepenuh hati.
Tradisi-tradisi luhur dihidupkan kembali, nilai-nilai budaya diteruskan kepada generasi muda, dan semangat pelestarian budaya terus dikobarkan.
BACA JUGA:Tempat Para Pejabat Kerajaan Maja Pahit Menyepi, Candi Dadi, Tetap Kokoh Walaupun Belum Pernah Dipugar
Festival Bumi Mandala adalah contoh bagaimana budaya dapat menjadi kekuatan dan pendorong kemajuan, serta identitas yang membangun desa-desa sekitar. (**)