radarselatan.bacakoran.co, BENGKULU - Aktivitas PLTU batubara di kawasan Teluk Sepang, Kota Bengkulu tidak hanya berdampak pada masyarakat biasa, tetapi juga pelajar.
Dampak tersebut dirasakan siswa dan guru SMKS 15 Taruna Bengkulu. Di mana, pelajar mengalami gangguan pernapasan seperti flu dan batuk sehingga mengakibatkan proses belajar tidak kondusif.
BACA JUGA:Bengkulu Terdepan Dalam Digitalisasi Transaksi Keuangan Daerah
Manager Sekolah Energi Bersih Kanopi Hijau Indonesia, Hosani Hutapea mengatakan, paar siswa masuk dalam kategori kelompok yang mempunyai peluang besar sebagai penerima polutan berbahaya tersebut.
"Para siswa terdampak dari lingkungan yang tercemar akibat energi kotor," kata Hosani, Minggu (7/4).
Polutan berbahaya seperti NOX Dan SOX serta senyawa beracun lainnya mampu menyebar sampai dengan 200 km dari pusat polusi berada. Sementara SMKS 15 Taruna Kota Bengkulu hanya berjarak 10 kilometer dari PLTU batuBara Teluk Sepang, Kota Bengkulu.
BACA JUGA:Korban Banjir di Kedurang Terima Bantuan Dari Gubernur
SMKS 15 Taruna menjadi kelompok yang berpotensi besar menerima dampak dari krisis iklim karena letak sekolah yang berada dekat dengan pesisir pantai.
Hosani menyebut, pihaknya telah berbagi pengetahuan tentang dampak buruk dan solusi transisi energi bersih kepada para siswa.
BACA JUGA:Pemudik Diimbau Waspada Saat Lewat Bengkulu Selatan, Banyak Ternak Berkeliaran
BACA JUGA:Karang Taruna Batu Payung Galang Dana Bantu Nadiem
Diharapkan, para siswa dapat memperoleh informasi tentang dampak dari penggunaan energi kotor dan melawan penggunaan energi kotor batubara dan krisis iklim secara bersama-sama.
"Karena kita semua adalah korban, dengan cara mendorong transisi energi bersih yang adil dan berkelanjutan,' ujarnya. (cia)