Tolak Energi Kotor dan Beralih ke Energi Bersih

Ilustrasi PLTU Batubara-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co, BENGKULU - Pulau Sumatera, yang dulu dikenal sebagai rumah bagi hutan tropis lebat dan keanekaragaman hayati, kini terancam oleh ekspansi energi kotor.
Salah satu ancaman terbesar adalah sumber energi listrik di Sumatera didominasi oleh PLTU batubara, yang dapat memicu percepatan krisis iklim secara global.
BACA JUGA:Pertamina Alihkan Jalur Pasokan BBM Ke Bengkulu Untuk Kelancaran Distribusi
Konsolidator Sumatera Terang untuk Energi Bersih (STuEB) yang juga Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan, pihaknya menolak sumber energi yang mengorbankan generasi masa depan, dan memperjuangkan transisi energi bersih, adil dan berkelanjutan.
"Namun sayangnya belum ada pergerakan yang signifikan dari negara untuk menjalankan agenda transisi energi," kata Ali, Rabu (23/4).
Berdasarkan hasil pemantauan terhadap sembilan PLTU batubara di Sumatera dua tahun terakhir, ditemukan 47 dugaan pelanggaran pengelolaan lingkungan hidup.
Dari total temuan tersebut 12 diantaranya telah dilaporkan ke penegak hukum di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI.
BACA JUGA:Jamaah Haji Bengkulu Terbang Bersama Pesawat Lion Air
"Namun hal ini tidaklah cukup untuk mempercepat penghentian aktivitas PLTU batubara di Sumatera," kata Ali.
Untuk itu, Sumatera Terang mendesak presiden Prabowo mewujudkan proses pemulihan baik terhadap lingkungan maupun korban yang telah jatuh akibat investasi tambang batu bara dan pembangkit energi fosil di Sumatera Selatan secara khusus dan Pulau Sumatera segera mempercepat transisi energi.
BACA JUGA:9 Unit Chrome Book di SDN 89 Hilang, Polisi Lakukan Penyelidikan
"Hal ini untuk menghindari kerusakan yang lebih besar dan menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak," demikian Ali. (cia)