2 Varietas Turunan Padi Ciherang Yang Banyak Diburu Petani, Anakan Banyak dan Malai Panjang, Ini Varietasnya

Rabu 16 Apr 2025 - 11:01 WIB
Reporter : sahri senadi
Editor : Sahri

RadarSelatan.bacakoran.co - Padi Ciherang merupakan varietas padi legendari di Indonesia. Padi ini sudah lama dikenal para petani tanah air.

Seiring berkembangnya teknologi pertanian, saat ini sudah ada beberapa varietas padi unggul turunan varietas Ciherang.

Ada 2 varietas turunan padi Ciherang yang populer di kalangan petani. Dua varietas ini sangat disenangi petani karena memiliki banyak keunggulan.

BACA JUGA:Keunggulan Padi Galur Nusantara, Usia Panen, Jumlah Anakan dan Ketahanan

Yang paling mencolok adalah malai panjang dan memiliki banyak anakan produktif.

Turunan padi Ciherang yang pertama adalah padi Ciputri, padi ini memiliki potensi hasil yang sangat besar yakni mencapai 12 ton perhektar.

Bentuk gabah panjang ramping dengan kulit tipis, tinggi tanaman sekitar 90 – 110 cm, dengan batang cukup besar dan kokoh, cocok ditanam musim hujan.

Jumlah anakan bisa mencapai 50 anakan, terutama jika ditanam dengan jarak tanam 30×30 cm.

BACA JUGA:3 Langkah Jitu Merawat tanaman Padi Pada Fase Generatif Agar Malai Panjang dan Bulir Berenas

Daun tegak hijau gelap, tidak terlalu lebar sehingga proses fotosentesis berjalan baik sehingga proses pengisian bulir maksimal.

Malai panjang (lebih panjang dari Ciherang), dengan jumlah bulir bisa mencapai 400 per malai.

Padi Ciputri ini juga tahan terhadap kekeringan, jadi cocok ditanam baik di musim hujan maupun musim kemarau.

Turunan padi Ciherang yang kedua adalah Padi PR46, umur tanamnya lebih genjah, hanya sekitar 80 – 85 hari setelah tanam.

Warna kuning bersih, beras bening dan pulen seperti Ciherang, daun bendera miring, membantu tahan terhadap serangan burung pipit.

Potensi hasil kisaran 10 – 12 ton per hektar.

BACA JUGA:Cara Mencegah Hama Penggerek Batang Pada Tanaman Padi Sejak Dini, Terbukti Ampuh, Hasil Melimpah

Kedua jenis padi ini punya adaptasi yang sangat baik, terutama di wilayah Jawa Barat. Tapi di Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan luar Jawa pun, banyak petani yang berhasil membudidayakannya. Paling cocok ditanam di musim kedua atau musim kemarau.

Namun, untuk musim hujan, ada kemungkinan muncul serangan BLB (penyakit kresek). Tapi dengan pengelolaan yang tepat—penggunaan pupuk berimbang dan pengaturan jarak tanam—risiko ini bisa dikendalikan. (**)

Kategori :