radarselatan.bacakoran.co - Kebanyakan manusia di atas bumi ini akan mengeluh jika terjadi musim kemarau. Hujan tidak turun dalam waktu lama menyebabkan kekeringan.
Lahan pertanian menjadi tandus dan masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari hari.
Namun kondisi berbeda di Desa Mawsynram yang berada di di distrik Bukit Kasih Timur, Meghalaya, India.
BACA JUGA:BMKG Prediksi Intensitas Hujan Di Bengkulu Mulai Turun
Desa ini setiap hari diguyur hujan. Bahkan matahari pernah berminggu minggu tidak muncul di dea ini.
Itulah sebabnya Mawsynram mendapatkan predikat sebagai tempat dengan curah hujan tertinggi di Bumi.
Para ahli meteorologi menyatakan bahwa letak Mawsynram yang dekat dengan Bangladesh dan Teluk Benggala adalah penyebab utama tingginya curah hujan di sini.
BACA JUGA:7 Gunung Bawah Laut Indonesia, Jika Meletus Bisa Sebabkan Tsunami, Ini Lokasinya
Uap air yang terkumpul di Teluk Benggala mengakibatkan musim hujan yang panjang dan lebat. Dengan ketinggian sekitar 1.400 meter, Mawsynram terletak di lereng selatan Bukit Kasih Timur.
Perjalanan menuju desa ini menyajikan pemandangan menakjubkan, termasuk air terjun dan kawasan pedesaan yang selalu diguyur hujan. Saat mendekati desa, kabut tebal sering menyelimuti, mengurangi jarak pandang hingga hampir 10 meter.
BACA JUGA:Muncul Gunung Baru dan Fenomena Air Mendidih di Di Areal Persawahan Masyarakat di Grobokan
Warga setempat sering terlihat mengenakan tameng hujan tradisional yang disebut "naga," terbuat dari bambu dan daun pisang.
Tameng ini tidak hanya melindungi tubuh, tetapi juga tahan terhadap hujan lebat dan angin kencang. Selain itu, payung menjadi benda penting yang selalu dibawa setiap orang.
Rata-rata curah hujan tahunan di desa ini mencapai 11.871 mm. Jika diibaratkan, hujan di Mawsynram bisa membuat patung Yesus setinggi 30 meter di Rio de Janeiro terendam.
BACA JUGA:Fakta Menarik Candi Selogriyo, Candi yang Berdiri Megah Di Lereng Gunung Sumbing
Meski hujan terus menerus, kehidupan di Mawsynram tetap berjalan. Banyak orang pergi bekerja dengan payung, sementara sebagian lainnya tampak santai berjalan di bawah hujan tanpa pelindung.
Pasar dan toko-toko tetap buka meski hujan deras, dengan pedagang setia menunggu pelanggan.
Curah hujan tertinggi terjadi antara Juni hingga September, saat jalanan desa tidak pernah kering dan langit selalu gelap.
BACA JUGA:Misteri Gunung Dempo, Atap Negeri Sumatera Selatan, Dihuni Mahluk Halus Bernama Mesumai
Masyarakat tidak menjemur pakaian di luar rumah karena tidak ada matahari selama ber minggu-minggu. Sebagai gantinya, mereka mengeringkan pakaian dengan pemanas listrik.
Meskipun cuaca dingin dan hujan sepanjang hari sering membuat orang merasa bosan, mereka tidak memiliki pilihan lain.
BACA JUGA:Fakta Unik Gunung Patah, Gunung Berapi Tertinggi di Bengkulu, Jalur Pendakiannya Ekstrem
Tiga puluh tahun lalu, desa ini tidak memiliki jalan aspal atau listrik, membuat musim hujan menjadi pengalaman yang sulit bagi penduduk yang miskin.
Mungkin, tempat ini adalah salah satu tempat yang paling dibenci oleh penjual es keliling. Sebaliknya, bisnis kuliner hangat, seperti bakso, mungkin sangat menjanjikan di sini. (**)