Penyakit Busuk Pangkal Batang Paling Ditakuti Petani Lada, Ternyata Ini Cara Mengatasinya

Senin 21 Oct 2024 - 13:01 WIB
Reporter : sahri senadi
Editor : sahri senadi

radarselatan.bacakoran.co - Penyakit busuk pangkal batang (Phytopthora capsici) merupakan penyakit tanaman lada yang paling ditakuti petani.

Penyakit ini bisa menyerang tanaman lada muda maupun tua. Biasanya tanaman lada yang terserang penyakit ini akan mati jika terlambat ditangani.

Penyakit busuk pangkal batang ini sulit terdeteksi, karena bagian batang yang busuk sering berada di antara tanah dan bagian akar.

BACA JUGA:Harga Lada Hitam Diprediksi Terus Naik Hingga 2028, Ini Penyebabnya

Ciri ciri tanaman lada yang terkena penyakit busuk pangkal batang biasanya tanaman layu, kemudian daun mulai berubah kekuning kuningan dan jika dibiarkan tanaman akan mati.

Banyak hal yang menyebabkan munculnya penyakit busuk pangkal batang dipengaruhi banyak faktor.

Faktor paling utama adalah lahan, jika lahan yang dijadikan tempat berkebun lada bekas kebun karet atauu kebun singkong, lada yang ditanam di lahan ini sangat rentan terserang penyakit busuk pangkal batang.

Sehingga petani lada sangat tidak disarankan menanam singkong di sela sela tanaman lada atau menanam pohon karet sebagai pelindung karen dua jenis tanaman ini bisa memicu munculnya penyakit busuk pangkal batang.

BACA JUGA:Lebih Mahal Dari Harga Kopi, Harga Lada Hitam di Bengkulu Lebih Stabil

Penyakit busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici, meskipun di beberapa kasus diperparah oleh patogen lain yang berasosiasi antara lain Fusarium sp.

Faktor abiotik juga sangat berperan memperparah penyakit ini. Misalnya, lahan tergenang, drainase yang buruk, serta pemupukan yang tidak tepat.

Phytopthora capsici dapat diisolasi dan ditumbuhkan pada media V8-Juice Agar, miseliumnya berwarna putih seperti kapas.

Jika diamati di bawah mikroskop dari balik cawan petri, nampak kumpulan sporangium yang tebentuk. Sporangium merupakan kantung zoospora (spora yang memiliki flagella).

BACA JUGA:Kabar Gembira Bagi Petani Kopi Nusantara, Harga Kopi Tetap Mahal Hingga Tahun Depan

Pembentukan sporangium pada media biakan dapat dipicu dengan penyinaran cahaya/lampu selama masa inkubasi, biasanya terbentuk 3-5 hari setelah inokulasi.

Jika sudah matang, zoospora dapat langsung keluar dari sporangium melalui papila. Filum air di sekitarnya  memudahkan  zoospora  berenang-renang  ke  tempat  lain  sehingga  berperan membantu penyebaran penyakit.

Phytopthora capsici juga membentuk klamidospora sebagai struktur istirahat apabila berada pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.

Tanaman lada yang terinfeksi P. capsici akar dan batang membusuk, sehingga transportasi hara dari dari tanah ke seluruh bagian tanaman terganggu.

BACA JUGA:Kopi Bengkulu Diekspor ke Singapura Hingga Turki

Akibatnya, daun menjadi layu/lemas dan menguning. Kulit pangkal batang kadang-kadang terlepas dan tinggal jaringan pembuluh berwarna coklat.

Kerusakan parah menyebabkan seluruh bagian akar dan pangkal batang membusuk dan berlendir. Pada keadaan lembap, seringkali lendir berwarna hitam keluar dari pangkal batang seperti oli.

Cabang, ranting, dan daun menghitam nampak gosong seperti terbakar kemudian berguguran/meranggas dari bawah hingga ke tajuk.

Tanaman mati secara mendadak (biasanya dalam waktu 10 hari) dan menyebabakan tanaman tumbang. Gejala di daun juga dapat terjadi, biasanya akibat percikan air hujan dari tanah yang membawa inokulum.

BACA JUGA:Petani Kopi di Bengkulu Spot Jantung, Tak Ada Jaminan Harga Kopi Tetap Stabil, Ini Penyebabnya

Gejala pada daun berupa bercak coklat kehitaman dikelilingi renda di bagian tepinya, dan akan nampak jelas jika daun diarahkan ke cahaya.

Untuk mengendalikan penyakit busuk pangkal batang ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan yakni:

1. Secara Kultur Teknis

Penggunaan varietas/klon tahan (misalnya natar 1) atau toleran (misalnya Lampung daun kecil dan chunuk).

Di beberapa tempat, pengendalian dilakukan dengan menyambung batang bawah menggunakan cabe jawa/malada.

Namun menurut Manohara (2018), pemanfaatan cabe jawa sebagai batang bawah perlu dikaji lebih dalam. Hal ini terkait dengan pengaruhnya terhadap kualitas lada yang dihasilkan.

Penggunaan bibit sehat bersertifikat.

Pengeloalaan drainase yang baik. Drainase yang baik dapat mencegah genangan air di kebun, sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit dari tanaman terinfeksi ke tanaman sehat.

Selain itu, drainase yang baik dapat meningkatkan efektivitas pemupukan, agen hayati, dan bahan pengendali lainnya.

BACA JUGA:Sempat Tembus Rp 70 Ribu, Harga Kopi di Seluma Anjlok Jadi Rp 48 Ribu

Drainase sebaiknya terdiri atas drainase primer, sekunder, dan tersier.

Pemupukan berimbang sesuai keadaan tanaman. Pemupukan yang tepat dapat meningkatkan kebugaran tanaman sehingga cenderung tahan terhadap penyakit.

Sebaliknya, jika berlebihan dapat menyebabakan tanaman rentan. Misalnya pemberian pupuk dengan kadar nitrogen berlebihan dapat menyebabkan tanaman sukulen sehingga mudah terinfeksi penyakit.

Penanaman tanaman penutup tanah dan tanaman antagonis. Tanaman penutup

Tanah (cover crops) biasanya ditanam di sekitar piringan dengan tujuan untuk mengurangi deposisi inokulum melalui percikan air.
Selain itu juga berfungsi sebagai habitat musuh alami atau mikroba bermanfaat di sekitar perakaran.

Arachis pintoi merupakan tanaman penutup tanah yang cukup baik dan sering digunakan di perkebunan lada. Sedangkan tanaman antagonis berfungsi menekan patogen akibat eksudat akar yang tidak disukai patogen.

BACA JUGA:Gawat Hama PBKo Serang Kopi Indonesia, Petani Harus Waspada, Serangan Sudah Terjadi Di Daerah Gayo

2. Secara Mekanis

Membongkar dan memusnahkan sumber-sumber infeksi, termasuk membongkar tanaman yang sudah parah, serta membuang/memusnahkan bagian tanaman bergejala (akar, batang, cabang/ranting, serta daun) dari kebun.

3. Secara Hayati/Nabati

Pemberian agen hayati, pada tanaman terinfeksi ringan-sedang di sekitar perakaran atau diperlakukan pada bibit dan lubang tanam sebelum dilakukan penanaman sebagai tindakan pencegahan.

Pemberian metabolit sekunder agen hayati dengan cara infus akar, penyiraman, atau melalui teknik biopori pada daerah perakaran.

Pemberian agen hayati atau metabolit sekunder disertai pemberian pupuk organik yang mengandung unsur Fosfor (P), Kalium (K), dan sedikit Nitrogen (N) dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk pemulihan tanaman.

Aplikasi fungisida nabati. Fungisida nabati ekstrak biji pinang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit busuk pangkal batang dengan penghambatan yang cukup signifikan.

BACA JUGA:5 Kopi Indonesia Paling Terkenal di Dunia, Cita Rasanya Bikin Para Turis Ketagihan, Ini Nama Kopinya

4. Secara Kimia

Pemberian bubur bordo atau fungisida kimia berbahan aktif asam fosfit di sekitar perakaran tanaman terinfeksi atau pada lubang tanam bekas tanaman yang dibongkar sebelum replanting sebagai tindakan pencegahan.

Aplikasi metabolit sekunder dan fungisida kimia yang dilakukan secara bergantian dengan interval seminggu sekali juga efektif mengendalikan penyakit ini pada pembibitan. (**)

Kategori :