Menyatu Dengan Alam, Inilah Suku Pengembara yang Hidup Bersama Rusa Kutub, Suku Saten Namanya
Kehidupan suku pengembara yang selalu berdampingan dengan rusa kutub-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Ditengah kemajuan pembangunan dan teknologi saat ini, ternyata masih banyak suku di dunia yang mempertahankan adat dan budaya mereka.
Salah satunya adalah suku Saten, yang juga dikenal sebagai Suku Rusa, hidup berdampingan dengan rusa kutub dalam hubungan yang unik dan langka.
Kehidupan mereka mencerminkan bagaimana manusia dan hewan dapat saling bergantung dengan harmonis.
Rusa kutub yang awalnya liar, dijadikan hewan tunggangan dan mitra dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:Kelebihan Suku Bajo, Manusia Penjelajah Laut yang Ahli Menyelam
Suku Saten, yang juga dikenal dengan sebutan Dahha, merupakan kelompok etnis nomaden yang mendiami dataran tinggi Mongolia Utara, khususnya di wilayah pegunungan dan tundra yang keras.
Suku ini terkenal dengan gaya hidup nomaden yang mempertahankan tradisi berabad-abad.
Mereka berpindah-pindah tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, terutama dalam berburu dan menggembala rusa kutub, yang menjadi bagian integral dari kehidupan mereka.
Kehidupan suku ini sangat dipengaruhi oleh rusa, yang tidak hanya menjadi sumber pangan seperti susu, yogurt, dan keju, tetapi juga digunakan sebagai alat transportasi.
BACA JUGA:Keunikan Candi Sukuh di Karanganyar, Mirip Piramida Suku Maya
Asal-usul suku Saten bermula dari wilayah yang sekarang menjadi Republik Tuva di Rusia.
Meskipun mereka bukan penduduk asli Mongolia, mereka telah menetap di sana selama berabad-abad dan mempertahankan gaya hidup tradisional mereka di tengah dunia yang semakin modern.
Orang-orang suku Saten mudah dikenali dengan pakaian tradisional mereka, termasuk mantel berbulu, sepatu kulit rusa kutub, dan topi khas.
Sebagai kelompok nomaden, suku ini tinggal di tenda sederhana yang mudah dipindahkan.
BACA JUGA:Menakjubkan, Pemandangan Ngarai Ngarai Terindah Di Dunia, Ini Daftar dan Lokasinya
Tenda mereka biasanya terbuat dari kulit rusa dan dirancang untuk melindungi mereka dari cuaca ekstrem, baik di musim panas maupun musim dingin.
Pada musim panas, mereka menetap di daerah padang rumput pada ketinggian sekitar 2300 mdpl, sementara musim dingin dihabiskan di hutan lebat pada ketinggian 1800 mdpl untuk menghindari angin dingin.
Rusa kutub memainkan peran penting dalam kehidupan suku Saten. Selain digunakan sebagai sumber pangan, rusa juga menjadi alat transportasi utama.
Suku ini melatih rusa kutub untuk membawa beban, mengangkut kayu bakar, dan bahkan untuk perjalanan migrasi musiman.
BACA JUGA:Destinasi Wisata Ngarai Sionak di Sumatera Barat, Unik Dan Indah Disebut Juga Lembah Pendiam
Rusa kutub yang telah berumur dua tahun atau lebih, biasa disebut donger, dilatih untuk digunakan sebagai tunggangan.
Biasanya, anak-anak akan melatih rusa muda, sementara orang dewasa mengendarai rusa yang lebih tua.
Selain itu, kulit dan tanduk rusa juga dimanfaatkan oleh suku Saten. Kulit rusa digunakan untuk membuat pakaian, tas, dan sepatu, sementara tanduk rusa digunakan dalam pengobatan tradisional.
Rusa juga memiliki nilai spiritual bagi suku ini, yang meyakini bahwa hubungan mereka dengan rusa adalah bagian dari keberadaan mereka yang harmonis dengan alam.
BACA JUGA:Fakta Menarik Gunung Jayawijaya: Surga Tertinggi dengan Salju Abadi di Garis Khatulistiwa
Perayaan musim panas dan musim dingin, yang melibatkan rusa, merupakan bagian penting dari kehidupan suku Saten.
Mereka juga menjalankan tradisi animisme yang mengikat mereka lebih dalam dengan alam sekitar dan hewan-hewan yang mereka pelihara.
Dalam kehidupan suku ini, rusa bukan hanya sekadar hewan, tetapi juga sahabat dan mitra dalam bertahan hidup di tengah kondisi alam yang keras.
BACA JUGA:5 Cerita Mistis di Gunung Salak, Gunung Di Jawa Barat Yang Terkenal Angker
Secara keseluruhan, suku Saten merupakan contoh langka dari hubungan manusia dan hewan yang begitu erat dan harmonis.
Meskipun berasal dari luar Mongolia, mereka berhasil mempertahankan tradisi nomaden mereka yang unik, dengan rusa kutub sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. (**)