Kelebihan Suku Bajo, Manusia Penjelajah Laut yang Ahli Menyelam

Orang Suku Bajo saat sedang melaut-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

radarselatan.bacakoran.co - Suku Bajo dikenal sebagai penyelam ulung dan penjelajah laut yang sangat terampil.

Orang suku Bajo berlayar dari satu tempat ke tempat lain, terus menyusuri lautan dengan alam sebagai panduan.

Karena mereka gemar berlayar dan menjelajah laut, saat ini suku Bajo bisa ditemukan di banyak daerah, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di perairan Sabah, Malaysia, serta Tawi-Tawi dan Mindanao di Filipina.

BACA JUGA:Ko Panyi, Desa Terapung di Thailand, Dibangun Orang Indonesia Penduduknya Manyoritas dari Pulau Jawa

Beberapa orang berpendapat bahwa suku Bajo berasal dari Filipina atau Malaysia, namun banyak yang meyakini bahwa mereka berasal dari Semenanjung Malaya dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru Nusantara.

Ada pula yang beranggapan bahwa suku Bajo berasal dari Sulawesi Selatan.

Jejak sejarah suku Bajo dapat dilacak melalui hubungan mereka dengan berbagai kerajaan di Nusantara, seperti Kerajaan Malaka, Luwu, Makassar, dan Bone.

BACA JUGA:11 Desa Terbersih di Dunia, Nomor 1 Ada Di Indonesia, Pemandangan Indah, Suasana Sejuk dan Nyaman

Kegiatan sehari-hari mereka bergantung pada transportasi air berupa perahu. Perahu-perahu ini biasanya diparkir di pelataran atau di bawah rumah mereka, yang menjadi alat transportasi utama masyarakat Bajo.

Sebagian besar orang Bajo bekerja sebagai nelayan, menangkap ikan dengan cara tradisional menggunakan jaring atau menyelam.
Mereka sangat terampil dalam menyelam hingga kedalaman 60 meter tanpa alat bantu pernapasan, bahkan bisa bertahan hingga 13 menit di bawah air.

Adaptasi genetis orang Bajo dalam menyelam sangat baik untuk tinggal lebih lama di dalam air. Mereka juga memiliki gen khusus yang tidak ditemukan pada manusia biasa.

BACA JUGA:Lembah Nan Indah di Pegunungan Alpen, Tempat Sakral Namun Eksotik yang Bernama Bavona

Hasil tangkapan ikan mereka biasanya dikonsumsi sendiri atau dijual kepada masyarakat sekitar pesisir atau pulau terdekat.
Meskipun mayoritas suku Bajo memeluk agama Islam, mereka dikenal dengan berbagai sebutan di berbagai daerah.

Di beberapa tempat, mereka disebut orang laut, bujus, celates, Bajau, atau Bajo, sementara mereka sendiri menyebut diri mereka orang Sama.

Sebagai masyarakat laut, rumah-rumah suku Bajo memiliki perbedaan dengan rumah pada umumnya.

Mereka terbagi menjadi dua kelompok yakni Bajo daratan dan Bajo laut. Bajo daratan tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas tanah yang dibentuk dari karang mati, sementara Bajo laut tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas air.

BACA JUGA:Destinasi Wisata Ngarai Sionak di Sumatera Barat, Unik Dan Indah Disebut Juga Lembah Pendiam

Rumah adat suku Bajo, yang disebut boroh, adalah bangunan sederhana yang memiliki tiang terbuat dari batang pohon, dengan dinding anyaman daun kelapa.

Atap rumah mereka terbuat dari daun nipah, bahan yang paling cocok untuk rumah yang terapung di atas laut.

Tiang-tiang rumah ini ditancapkan ke dasar laut sedalam 50 cm, dengan jarak antar tiang sekitar 5x6 meter.

Di Indonesia, suku Bajo dapat ditemukan di beberapa lokasi, antara lain di Teluk Tomini, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, desa Bajau di Kepulauan Sula, Maluku Utara, serta di Pulau Bungin, yang merupakan pulau terpadat di dunia, yang terletak di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

BACA JUGA:Keindahan Air Terjun Lembah Anai di Sumatera Barat, Objek Wisata Bukit di Barisan Yang Mempesona

Namun, pemukiman suku Bajo terbesar di Indonesia terletak di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Meskipun terkenal sebagai orang laut yang tinggal di atas air, beberapa keturunan Bajo kini telah pindah ke daratan dan mendirikan rumah di pesisir pantai.

Saat ini anak anak orang suku Bajo sudah banyak yang berpendidikan tinggi. Namun amsih ada juga yang mempertahankan adat dan budaya warisan leluhurnya. (**)

Tag
Share