Puncak Musim Kemarau 2025 Terjadi Juni-Agustus, BMKG Peringatkan Potensi Karhutla
Puncak Musim Kemarau 2025 Terjadi Juni-Agustus, BMKG Peringatkan Potensi Karhutla -istimewa-freepik.com
Radarselatan.bacakoran.co - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan adanya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama musim kemarau 2025.
Berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau tahun ini akan berlangsung antara Maret hingga Juni, dengan puncaknya terjadi pada Juni hingga Agustus.
BACA JUGA:Peringatan BMKG, Tiga Hari Kedepan Bengkulu Akan Diguyur Hujan
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, musim kemarau 2025 dipengaruhi oleh peralihan angin Monsun Asia ke Monsun Australia.
Sementara itu, pemantauan suhu laut awal Maret menunjukkan bahwa fenomena La Nina telah bertransisi ke fase Netral dalam skala El Nino Southern Oscillation (ENSO), begitu pula dengan Indian Ocean Dipole (IOD).
Keduanya diperkirakan tetap Netral sepanjang musim kemarau, yang berarti kondisi cuaca cenderung lebih stabil dibanding tahun-tahun sebelumnya.
BACA JUGA:BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Wilayah Bengkulu, Warga Diimbau Waspada
BMKG mencatat bahwa awal musim kemarau 2025 diprediksi akan sesuai dengan kondisi normal di 207 Zona Musim (ZOM), mengalami keterlambatan di 204 ZOM, dan datang lebih cepat di 104 ZOM. Wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau sesuai normal meliputi Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, serta beberapa daerah di Maluku dan Maluku Utara.
Sebaliknya, musim kemarau diprediksi datang lebih lambat di Kalimantan bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, serta sebagian Maluku Utara dan Merauke.
BACA JUGA:BMKG Sebut Angin Kencang Diprediksi Berlangsung Hingga Akhir Tahun
Sementara itu, beberapa wilayah seperti Aceh, Lampung, Jawa bagian barat dan tengah, Bali, NTB, serta NTT diperkirakan mengalami musim kemarau yang lebih basah dibanding biasanya.
BMKG juga memperingatkan musim kemarau yang lebih kering dari normal diperkirakan akan terjadi di Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.
BACA JUGA:Benarkah Dayatahan Padi Inpari 32 Melemah, 2 Varietas Padi ini Bisa Jadi Pengganti
Oleh karena itu, BMKG mengimbau sektor pertanian untuk menyesuaikan jadwal tanam, memilih varietas tanaman tahan kekeringan, serta mengelola sumber daya air secara optimal.