Hamparan Sawah Terluas dan Tertinggi di Dunia, Lokasinya Berada di Atas Awan, Tidak Percaya? Ini Buktinya

Penampakan pemandangan sawah di atas awan-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

radarselatan.bacakoran.co - Sawah yang menembus awan, sebuah mahakarya luar biasa dari orang Tiongkok pada masa lampau.

Hamparan sawah ini mencerminkan kecerdikan dan ketekunan masyarakat Tiongkok pada masa lampau dalam menciptakan sistem pertanian yang unik dan menakjubkan.

Hamparan sawah itu bernama Honghe Hani yang menjadi contoh sempurna dari keharmonisan antara manusia dan lingkungan, baik secara visual maupun ekologis.

BACA JUGA:Banyak Sawah Tidak Produktif, Pemda Bengkulu Selatan Diminta Lakukan Hal Ini

Hamparan sawah ini berada di dataran tinggi, bahkan saat berdiri di hamparan sawah ini orang bisa melihat gumpalan awan di bawahnya.

Teras sawah Honghe Hani terletak di Kabupaten Yuanyang, Yunnan, dan dikenal karena ukurannya yang sangat luas dan struktur bertingkat yang menakjubkan.

Sawah ini membentang seluas 1 juta hektar, mencakup 82 desa di 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Yuanyang, Hong Ha, Jinpien, dan Luchun.

BACA JUGA:Bibit Jagung Unggul, Cocok Ditanam Di Lahan Sawah, Tahan Penyakit, Biji Rapat dan Potensi Hasil Melimpah

Kabupaten Yuanyang, yang memiliki sekitar 370.000 penduduk, adalah wilayah dengan bagian terluas dari sawah ini.

Terletak di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, sawah ini sering diselimuti awan tipis, menciptakan efek

spektakuler seolah-olah menembus langit.

Pemandangan ini membuat sawah ini dijuluki sebagai "Tangga Menuju Surga."

Sawah Honghe Hani memiliki sejarah panjang yang dimulai sekitar 1.300 tahun lalu, saat orang-orang Hani, sebuah etnis minoritas di Tiongkok, mulai mengembangkan sistem saluran irigasi untuk mengalihkan air dari pegunungan dan hutan menuju sawah.

BACA JUGA:Distan Seluma Belum Temukan Sawah Rusak Akibat Banjir

Petani mulai membangun teras sawah ini pada masa Dinasti Tang (618-907 Masehi).

Pada tahun 2013, sekitar 16.603 hektar dari sawah ini telah diakui sebagai situs warisan dunia UNESCO berkat konstruksi luar biasa dan sistem ekologisnya yang unik, serta peranannya yang penting dalam kehidupan masyarakat Hani.

Orang-orang Hani diyakini telah tinggal di daerah ini sejak abad ketiga, setelah bermigrasi dari dataran tinggi King Haiti.

BACA JUGA:5 Varietas Padi Unggul untuk Lahan Sawah Tada Hujan, Tahan Kekeringan, Penyakit, dan Potensi Hasil Tinggi

Mereka memilih wilayah ini karena tanahnya yang subur, iklim sejuk, dan curah hujan yang melimpah.

Mereka menciptakan sebuah perkampungan dengan rumah-rumah atap jerami dan mulai mengolah lahan pertanian yang bertahan hingga kini.

Untuk memastikan air mengalir dengan adil ke setiap tingkat sawah, orang Hani menggunakan sistem saluran sekat dan tanggul yang canggih.

Setiap desa memiliki penjaga air resmi yang memastikan distribusi air merata antara yang berada di atas dan di bawah teras.

BACA JUGA:95 Hektar Lahan Sawah Pino Raya Gagal Kelola Akibat Kekeringan

Meskipun sawah ini sangat luas dan terdiri dari 3.000 sekat teras, masyarakat Hani mampu menjaga distribusi air dengan cara yang adil dan efisien.

Proses pengolahan sawah ini tidak melibatkan traktor atau mesin modern, karena lokasi sawah yang berada di ketinggian.

Sebagai gantinya, penduduk setempat masih mengandalkan kerbau dan tenaga manusia untuk mengolah tanah menggunakan cangkul.

Selain bertani, mereka juga terlibat dalam kegiatan lain seperti produksi kayu, berkebun, beternak, dan budidaya ikan, terutama memanfaatkan genangan air yang ada di teras sawah saat musim dingin.

BACA JUGA:Bengkulu Selatan Usukan Cetak Lahan Sawah Baru

Teras sawah yang menakjubkan ini adalah kebanggaan masyarakat Hani, yang telah menciptakan sebuah warisan budaya dan pertanian yang luar biasa, bertahan lebih dari 1.300 tahun.

Keindahan dan ketahanan sistem pertanian ini telah membuatnya dikenal di seluruh dunia sebagai simbol inovasi dan harmoni antara manusia dan alam. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan