Orang Tua dan Guru Harus Paham, Remaja Dinilai Makin Gampang Emosi! Kenali Cara Pengendaliannya

Rabu 15 Jan 2025 - 12:19 WIB
Reporter : Aman Santoso
Editor : Andri Irawan

Radarselatan.bacakoran.co - Masa remaja merupakan fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa awal yang diwarnai oleh perubahan kompleks, baik secara emosi, kognitif, sosial, maupun lingkungan.

Dalam fase ini, emosi remaja sering kali sulit dikendalikan, bahkan cenderung fluktuatif. Kondisi ini dapat berujung pada perilaku yang impulsif dan berlebihan.

Dosen Psikologi Pendidikan di STAI Al-Hidayat Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Dewi Rubiyati, menjelaskan remaja sering menunjukkan ekspresi emosi yang ekstrem.

BACA JUGA:Empat Hal yang Membuat Remaja Bersikap Tidak Hormat kepada Orang Tua

BACA JUGA:Kenakalan Remaja Marak, Kapolres Bengkulu Selatan Sampaikan Pesan Menohok

Menurut Dewi, tekanan eksternal seperti tuntutan belajar yang berat dapat menjadi salah satu pemicu.

Stres akibat lingkungan sekolah yang kurang nyaman atau interaksi dengan teman yang kurang mendukung juga memperburuk keadaan.

Ia menekankan pentingnya peran guru dalam memberikan motivasi dan pemahaman tentang pengendalian emosi. Selain sebagai pengajar, guru juga bisa berperan sebagai konselor untuk mendampingi siswa menghadapi tekanan.

BACA JUGA:BREAKING NEWS : Remaja di Bengkulu Selatan Panjat Tower TVRI 74 Meter, Tim Penyelamat Turun Tangan

BACA JUGA:Terkait Kematian Remaja di Laut Kaur, Pasutri Diamankan dan Diperiksa Polisi

Peran Keluarga dalam Menjaga Keseimbangan Emosi

Kondisi dalam keluarga memiliki pengaruh besar terhadap stabilitas emosi remaja. Suasana keluarga yang harmonis dan penuh perhatian dapat menciptakan efek positif bagi perkembangan emosional mereka.

Namun, Dewi mengingatkan bahwa pendekatan keluarga harus seimbang.

Lingkungan keluarga yang sering diwarnai konflik, seperti pertengkaran antaranggota keluarga, juga dapat berdampak buruk pada emosi anak.

"Keluarga yang harmonis adalah kunci, meskipun anak juga memiliki kapasitas untuk membentuk cara mereka menghadapi pengaruh lingkungan," katanya.

BACA JUGA:Motif Gangster Remaja di Kota Bengkulu Tawuran Diduga Persaingan Antar Kelompok

BACA JUGA:Sebelum Beredar Informasi Ada Warga Hanyut, Dua Remaja Terekam Kamera Mandi Di Laut

Sekolah Ramah Anak sebagai Solusi

Dewi menyoroti pentingnya program Sekolah Ramah Anak dalam membentuk karakter remaja sejak dini. "Program ini sangat positif untuk perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak," ujarnya.

Sayangnya, penerapan Sekolah Ramah Anak masih belum merata di Indonesia akibat keterbatasan infrastruktur dan validitas data program.

Kasihani, seorang ibu dari remaja putri, menyebutkan bahwa mendidik anak usia remaja membutuhkan pendekatan emosional yang tepat.

BACA JUGA:Tekan Stunting, Remaja Diingatkan Tidak Melakukan Pernikahan Dini

BACA JUGA:Bekuk Bandar Narkoba, Polres Kaur Selamatkan Ratusan Remaja

"Penting untuk membangun hubungan layaknya teman sebaya, tidak terlalu mengintervensi, dan lebih sering mengajak anak bercerita," katanya.

Namun, ia mengakui tantangan dalam menghadapi anak remaja, terutama ketika anak mulai mengenal rasa suka terhadap lawan jenis atau terpengaruh pergaulan yang kurang sehat.

Pentingnya Kesadaran Diri

Oryza Sativa, seorang mahasiswa menekankan bahwa salah satu kunci pengendalian emosi adalah belajar mengenali emosi diri.

Kategori :