(Oleh: Ustaz Salimudin, M.Pd)
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah.
Melalui mimbar ini, khatib mengajak kepada hadirin semua, juga kepada diri sendiri agar senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah swt,
di manapun kita berada, dengan cara berusaha maksimal menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Insyaallah jika komitmen dan istikamah dengan takwa, kita akan selamat di kehidupan dunia sampai akhirat, dan akan mendapat kemuliaan di sisi Allah swt. Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah Kita sudah melewati berbagai tahapan pemilihan umum (Pemilu) dan pilkada di tahun ini.
Sebelumnya, kita sudah berpartisipasi aktif dengan menggunakan hak pilih kita kepada calon presiden dan wakil presiden, DPR RI, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan DPD. Lalu terakhir kita menggunakan hak pilih untuk para calon kepala daerah.
Harapannya, lahir pemimpin bangsa dan legislator yang benar-benar amanah, mengayomi rakyatnya, dan menebar kecintaan kepada semua warga Indonesia. Pilihan kita tentu tidak bisa seragam. Inilah demokrasi kita yang memberikan kepada semua warga Indonesia kebebasan yang mutlak dalam memilih calon pemimpin. Kita tidak bisa dipaksa pihak lain untuk memilih calon-calon tertentu.
Demokrasi mengajak kita untuk memilih calon pemimpin, calon legislatif sesuai hati nurani dan preferensi yang didasarkan pada program yang ditawarkan, rekam jejak, integritas, dan lain sebagainya. Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah Berbagai dinamika di tahun politik sudah kita saksikan bersama, dan alhamdulillah dapat kita lalui.
Rakyat Indonesia sudah menunaikan hak pilihnya masing-masing. Para simpatisan, pendukung, tim sukses sudah bekerja maksimal. Kini saatnya berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT.
Apapun hasilnya, bila semua tahapan dilalui dengan baik dan sesuai aturan yang berlaku, kita harus terima. Di sinilah sikap kedewasaan kita kemudian diuji, kita harus legowo bila calon yang kita pilih belum ditakdirkan menjadi pemimpin saat ini.
Kita juga harus ikhlas dan menjauhi sikap-sikap yang tak pantas. Saatnya kita menyatu kembali. Dalam konteks kebangsaan, kita adalah satu dan menyatu dalam satu negara, yaitu Indonesia.
Kepentingan kita adalah menjaga negeri ini tetap utuh. Dan keutuhan tersebut dapat diwujudkan oleh rakyatnya yang selalu mencintai persatuan, mencintai perdamaian, dan mencintai persaudaraan.
Terkait pentingnya persatuan ini, Allah swt telah berfirman dalam Al-Qur'an; “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.” (QS Ali ‘Imran [3]: 103).
Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib menyatakan para ulama ahli tafsir memiliki pandangan yang berbeda-beda perihal maksud dari hablillah (agama Allah).
Pertama, memiliki arti taat atas segala perintah dan menjauhi larangan. Kedua, ada yang mengartikan dengan bertaubat kepada Allah. Ketiga, ulama manafsirkan perihal spirit persatuan antarumat, dan pendapat yang terakhir itu merupakan pandangan yang paling kuat dari penafsiran lainnya.