radarselatan.bacakoran.co - Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu taman nasional yang menarik untuk dikunjungi di Indonesia.
Taman nasional ini berada di Kabupaten Banyuwangi yang menjadi salah satu benteng terakhir bagi banteng Jawa, hewan endemik Asia Tenggara.
Wisatawan yang ingin melihat banteng atau tembadau sebaiknya datang ke taman nasional ini pada pagi hari atau sore hari.
Banteng di Taman Nasional Alas Purwo hidup berkelompok, dan di dalam satu kelompok biasanya ada pejantan yang dominan.
BACA JUGA:Objek Wisata di Taman Nasional Gunung Mulu, Kepingan Surga Jatuh ke Bumi Malaysia
Pengunjung bisa membedakan pejantan dan betina dari warnanya, Banteng jantan berwarna hitam, sedangkan betina berwarna coklat.
Banteng menyukai rumput lamuran, kuton, dan beberapa jenis rumput lainnya.
Salah satu hal yang penting di sini adalah menciptakan padang pengembalaan atau feeding ground untuk membantu berbagai satwa, termasuk banteng, dalam memperoleh pakan yang lebih dekat dan lebih mudah diakses.
BACA JUGA:Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan: Sejarah dan Dayatariknya
Selain banteng, banyak satwa lain yang juga hidup di Alas Purwo. Penciptaan padang pengembalaan ini tidak hanya bermanfaat untuk banteng, tetapi juga untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Sebelum tahun 2004, melihat banteng di luar hutan sangat sulit karena mereka lebih banyak berada di dalam hutan untuk mencari makan.
Kini, dengan adanya padang pengembalaan, banteng dan satwa lainnya dapat lebih mudah terlihat.
Meskipun tenaga dan fasilitas terbatas, pengamatan terhadap satwa-satwa di sini sangat penting untuk pelestarian, terutama mengingat beberapa spesies yang terancam punah.
BACA JUGA:Taman Nasional Way Kambas di Lampung, Pusat Konservasi Satwa Yang Menarik Dikunjungi
Kawasan Alas Purwo memiliki hutan dengan vegetasinya yang sangat lebat, sehingga orang jarang berani masuk.
Saat pemerintah mulai mengelola kawasan ini untuk konservasi dan wisata, dilakukan pembukaan lahan untuk padang pengembalaan banteng.
Di sinilah, situs Pura Giri Saloka ditemukan, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit, termasuk pura kuno yang sudah ada sejak abad ke-14.
BACA JUGA:Pesona Pulau Peucang, Pulau Eksotis di Taman Nasional Ujung Kulon, Keindahannya Menyilaukan Mata
Pura ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga gerbang untuk memasuki kawasan sakral Alas Purwo.
Selain hutan pantai dan hutan dataran rendah, Alas Purwo juga memiliki gua, salah satunya adalah Gua Istana yang terletak di kawasan karst.
Gua ini memiliki sumber air tanah dan banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tujuan mereka beragam, ada yang datang untuk tirakat, ada pula yang ingin menikmati alamnya.
Pada tahun 1994, tsunami melanda perairan timur Jawa, termasuk daerah sekitar Teluk Gerangsan, yang juga berdampak pada Desaku.
BACA JUGA:Taman Nasional Way Kambas, Benteng Tertua Pelindung Fauna Pulau Sumatera, Seperti Ini Kondisinya
Bencana tersebut mengingatkan aku akan pentingnya menjaga alam sekitar sebagai pelindung dari bencana.
Hutan mangrove, misalnya, sangat penting untuk melindungi kawasan dari dampak gelombang besar dan juga menjaga keberadaan banteng Jawa yang bergantung pada vegetasi ini untuk bertahan hidup.
Sekarang, kami menjaga sekitar 1200 hektar kawasan mangrove, 800 hektarnya berada di dalam Taman Nasional Alas Purwo, yang kami kelola sebagai wisata edukasi.
Kawasan mangrove Bedul memiliki karakter fauna dan flora yang unik dan dikenal sebagai salah satu kawasan mangrove paling utuh di Pulau Jawa.
BACA JUGA:Keunikan dan Pesona Taman Nasional Bantimurung Di Maros, Ada Goa Mimpi, Air Terjun dan Kerajaan Kupu kupu
Berkat upaya konservasi, kini alam terjaga, dan potensi desa kami pun terangkat.
Pendapatan masyarakat meningkat berkat hasil perikanan dari mangrove, dan kerang hasil tangkapan nelayan banyak diolah menjadi kerupuk yang kini menjadi salah satu sumber ekonomi penting bagi kami.
Sebagai mitra alam, aku merasa bangga bisa berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan kehidupan di sekitar kami, karena alam yang lestari berarti kesejahteraan bagi kami semua. (**)