radarselatan.bacakoran.co - Candi Arimbi merupakan situs peninggalan sejarah di Dusun Pulauari, Desa Pulauari, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang.
Candi ini memiliki banyak keunikan dan misteri yang belum teruungkap. Nama candi ini diambil dari tokoh pewayangan bernama Arimbi, istri dari Bima.
BACA JUGA:Misteri dan Fakta Unik Candi Jawi, Situs Peninggalan Kerajaan Singasari di Pasuruan Jawa Timur
Candi ini pertama kali dilaporkan pada akhir abad ke-19 oleh Alfred, dan penelitian lebih lanjut dilakukan oleh J. Klappert pada tahun 1907.
Candi ini sudah pernah dipugar pada awal tahun 1990.
Candi Arimbi memiliki luas 896,96 meter persegi, dengan ukuran panjang 13,24 meter, lebar 9,10 meter, dan tinggi 12 meter.
BACA JUGA:Kisah Pilu Dibalik Megahnya Candi Sukuh, Seperti Ini Ulasannya
Candi ini terbuat dari batu andesit, sedangkan pondasinya dibangun dari bata. Candi ini mirip dengan Candi Sumur yang ada di Sidoarjo. Candi Arimbi hanya memiliki satu tangga yang menghubungkan tiga undakan kaki menuju tubuh candi.
Di bagian kaki candi terdapat berbagai relief yang menggambarkan manusia dan hewan. Salah satu relief yang unik menggambarkan sepasang pengantin dalam sebuah gentong, namun makna dari relief ini masih belum diketahui.
BACA JUGA:Keunikan Candi Sukuh di Karanganyar, Mirip Piramida Suku Maya
Candi ini berlatar belakang agama Hindu, ditandai dengan penemuan arca Dewi Parwati, istri Dewa Siwa, yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Arca-arca Hindu lainnya juga ditemukan di sekitar candi, meskipun banyak yang sudah tidak utuh lagi. Keunikan Candi Arimbi terletak pada 51 panel relief yang ada, dengan dua macam bingkai relief yang dipahat berselingan, serta hiasan bunga yang indah.
BACA JUGA:Candi Simangambat Di Mandailing Natal, Candi Abad ke-8 Yang Terlupakan
Arsitektur Candi Arimbi terdiri dari kaki bertingkat dengan tangga besar. Candi ini tidak seperti Candi Jago atau Candi Induk di kompleks Parataran yang memiliki banyak sangga.
Masyarakat lokal mengaitkan nama Dewi Arimbi dengan penemuan dua arca wanita besar: Dewi Parwati dan arca Durga Mahisasura Mardani, yang melambangkan kekuatan.
BACA JUGA:Jejak Peradaban Buddah Di Padang Lawas Utara, Candi Ini Jadi Saksi Sejarah
Candi Arimbi ditemukan oleh peneliti flora dan fauna, Albert Russell Wallace, pada abad ke-19. Saat ditemukan, candi ini tidak utuh, namun menunjukkan ciri-ciri bangunan suci.
Candi diduga runtuh akibat letusan gunung api atau gempa. Dari tahun 1994 hingga 1996, hanya bagian kaki candi yang diperkuat.
Saat ini, yang tersisa adalah kaki candi bertingkat tiga dan dinding sisi utara.
Sayangnya, catatan sejarah mengenai Candi Arimbi sangat minim, dan tidak ada angka pada ambang pironya untuk menandai tahun pembuatannya.
BACA JUGA:Candi Bahal Portibi di Padang Lawas Utara, Peninggalan Sriwijaya, Bukti kejayaan Buddha di Sumatera
Berdasarkan gaya arsitekturnya, Candi Arimbi diperkirakan dibangun pada pertengahan abad ke-14 sebagai penghormatan kepada Ratu Tribuana Wijaya Tunggal Dewi. (**)
Relief-relief yang ditemukan pada tingkat pertama kaki candi menggambarkan berbagai cerita, seperti aktivitas sehari-hari dan penyucian diri. Misalnya, ada kisah Garuda yang duduk menghadap sang Ibu Winata.
Candi Arimbi berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewi Parwati dan mungkin juga sebagai lokasi penyimpanan abu jenazah Ratu Tribuana Wijaya Tunggal Dewi. (**)