Taman Nasional Way Kambas, Benteng Tertua Pelindung Fauna Pulau Sumatera, Seperti Ini Kondisinya
BADAK: Kondisi badak di taman nasional way kambas-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Taman Nasional Way Kambas, terletak di Lampung Timur, Provinsi Lampung, adalah taman nasional tertua di Indonesia.
Didirikan pada tahun 1936 selama era kolonial dan resmi ditetapkan sebagai kawasan konservasi pada tahun 1985, taman ini mencakup area seluas 1.300 km² atau sekitar 130.000 hektar.
Way Kambas berfungsi sebagai benteng terakhir bagi pelestarian satwa endemik Pulau Sumatera, termasuk gajah Sumatera, badak Sumatera, dan harimau Sumatera.
BACA JUGA:15 Hewan Langka Yang Hanya Ada Di Hutan Indonesia, Populasi Terancam, Ini Daftar Hewannya
Di dalam Taman Nasional Way Kambas terdapat dua lokasi konservasi utama yakni Pusat Latihan Gajah Way Kambas (PLG) dan Swaka Rino Sumatera (SRS).
PLG berfokus pada konservasi gajah Sumatera, sementara SRS merupakan satu-satunya tempat pembiakan badak Sumatera di Indonesia. Saat ini, sekitar 60 gajah Sumatera dan 9 badak Sumatera dipelihara di kawasan ini.
Pusat Latihan Gajah awalnya didirikan untuk melatih gajah liar agar dapat membantu mengatasi konflik antara gajah dan manusia yang disebabkan oleh perubahan fungsi habitat menjadi lahan pertanian dan tambak udang.
BACA JUGA:Hutan Paling Angker di Dunia, Leuweung Sancang Namanya, Tempat Menghilangnya Prabu Siliwangi
Seiring berjalannya waktu, PLG telah berkembang menjadi destinasi wisata di Provinsi Lampung yang terkenal dengan pertunjukan dan atraksi gajah.
Namun, saat ini kegiatan wisata tersebut telah dialihkan menjadi wisata edukasi konservasi berbasis gajah.
Selain gajah, Taman Nasional Way Kambas juga merupakan habitat bagi harimau Sumatera, tapir, dan beruang, yang terus hidup dan berkembang di alam liar.
SRS, didirikan pada tahun 1996, fokus pada pengembangbiakan badak Sumatera. Sejak pendiriannya, telah lahir empat ekor badak Sumatera di SRS.
BACA JUGA:Lestarikan Fauna Langka, Gubernur Bengkulu Ingatkan Pentingnya Jaga Hutan
Lembaga konservasi ini, yang berada di bawah naungan YABI, dilengkapi dengan sekitar 38 staf, termasuk 17 penjaga, tiga dokter hewan, dan dua paramedis.
Meskipun kawasan konservasi ini menunjukkan kemajuan dalam pelestarian satwa yang terancam punah, masih banyak tantangan, termasuk aktivitas ilegal seperti perburuan, pemancingan, dan pembukaan lahan yang dapat menyebabkan kebakaran hutan.
Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan upaya pengamanan preventif, koordinasi dengan aparat penegak hukum, dan pemberdayaan masyarakat sekitar melalui berbagai program.
BACA JUGA:Dua Bahan Alami Yang Bisa Melindungi dari Gigitan Nyamuk dan Pacet, Cocok Dipakai Saat Ke Hutan, Mudah Didapat
Ketika pandemi COVID-19 awal 2020, Taman Nasional Way Kambas sempat ditutup untuk kegiatan wisata, dan penutupan ini masih berlangsung hingga kini untuk evaluasi lebih lanjut.
Rencananya, taman nasional ini akan mengutamakan konsep wisata konservasi sesuai dengan masukan dari berbagai pihak.
Meskipun tidak ada kegiatan wisata, pelestarian gajah dan badak di Taman Nasional Way Kambas tetap berlanjut. (**)