5 Kerajaan Terbesar dan Terkuat Sepanjang Sejarah Indonesia, Disegani Bangsa Asing, Ini Daftarnya

SEJARAH: Bukti peninggalan sejarah kerajaan terbesar di Indonesia-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

radarselatan.bacakoran.co - Indonesia adalah bangsa yang kaya sejarah. Sebelum merdeka dan berubah menjadi negara kesatuan, di Indonesia banyak kerajaan kerajan sebagai pusat pemerintahan.

Setidaknya ada 5 kerajaan besar dan terkuat tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia.

Bahkan kerajaan kerajaan di Indonesia ini memiliki pengaruh yang cukup besar hingga ke beberapa negara di dunia.

Berikut ini adalah 5 kerajaan terkuat dan memiliki kekuasaan luas sepanjang sejarah Indonesia:

BACA JUGA:Lapangan Sepak Bola Kedurang Dapat Sorotan Warga, Terbengkalai dan Tak Terawat

1. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama yang muncul di Nusantara. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 Masehi.

Kerajaan Samudra Pasai memiliki pengaruh besar dalam peradaban dunia dan perkembangan islam.

Perkembangan kerajaan ini tidak lepas dari letaknya yang strategis sebagai kawasan perlintasan perdagangan karena memiliki pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan di daerah lainnya.

Bukti-bukti arkeologis tentang keberadaan Kerajaan Samudera Pasai masih ada hingga saat ini, diantaranya adalah makam raja-raja Pasai di kampung Gedong, Aceh Utara.

Salah satu dari makam-makam raja tersebut terdapat nama Sultan Malik Al Saleh.

Kerajaan Samudera Pasai berkedudukan di sepanjang pantai barat laut Sumatera yang menghadap Selat Malaka, yang merupakan jalur perdagangan penting pada masa itu.

BACA JUGA:Peluang Usaha Pertanian Cepat Hasilkan Uang Di Desa, Pendapatan Bisa Ratusan Juta, Ini Jenis Tanamannya

Kerajaan Samudra Pasai runtuh pada abad ke-16 setelah beberapa abad berkuasa.

Sejarah Kerajaan Samudra Pasai berawal dari ditemukannya tiga batu nisan bersurat, dua di Leubok Tuwe, Meurah Mulia dan satu di Matang Ulim.

Batu nisan tersebut menggambarkan adanya pemerintahan Islam pada pertengahan abad ke-7 Hijriah atau 13 Masehi.

Kerajaan Samudera Pasai memiliki kekuasaan yang sangat besar, sehingga mampu mempengaruhi peradaban dunia masa itu.

Kerajaan ini dipimpin oleh seorang sultan. Kesultanan ini merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak yang sudah ada sebelumnya.

BACA JUGA:Padi Unggul Rajasa 01, Varietas Padi Unggulan Dari Pulau Sumaetra, Hasil Melimpah Dijuliki Padi 1.000 Bulir

Para pedagang yang datang ke kerajaan Samudra Pasai meliputi pedagang Persia, Arab, Cina dan India.

Para raja yang pernah memimpin kerajaan Samudra Pasai yakni Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M), Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M), Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345 M), Sultan Malik Az-Zahir (?-1346 M), Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1346-1383 M).

Kemudian Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir (1383-1405 M), Sultanah Nahrasiyah (1405-1412 M), Sultan Sallah Ad-Din (1402-?), Sultan Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455 M).

Setelah itu Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1455-1477 M), Sultan Zain Al-‘Abidin (1477-1500 M), Sultan Abdullah Malik Az-Zahir (1501-1513 M) dan Sultan Zain Al’Abidin (1513-1524 M)

Sedangkan peninggalan sejarah Kerajaan Samudra Pasai yang masih ada hingga saat ini meliputi, Nisan Samudera Pasai, Gerabah Lokal, Keramik Asing, serta Benda Logam, Koin Dirham Samudera Pasai, Cakra Donya, Stempel Sultan al-Malik az-Zhahir, Hikayat Raja-raja Pasar, Naskah Surat Sultan Zainal Abidin dan Tradisi Peutroen Aneuk.

2. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan ini berada di wilayah Jawa Barat, lokasinya kawasan Jakarta Bogor, Tanggerang dan Bekasi (Jabodetabek) saat ini.

Kerajaan ini berdiri tahun 358 Maseh, puncak kekuasaannya pada masa pemerintahan Raja Purnawarman.

Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan kuno dari abad ke-4 hingga ke-7 Masehi. Kerajaan ini didirikan oleh Jayasingawarman pada tahun 358 M dan mencapai masa kejayaan di bawah kepemimpinan Purnawarman, cucu dari pendiri kerajaan tersebut.

Jejak sejarah Kerajaan Tarumanegara diantaranya ditemukannya prasasti-prasasti seperti Ciaruteun, Jambu, Pasir Awi, Kebun Kopi, Muara Cianten, Tugu, dan Lebak.

Prasasti-prasasti itu menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa itu dan menunjukkan keberadaan serta kejayaan kerajaan tersebut.

BACA JUGA:Honorer Wajib Tahu, Ini Cara Baru Cek Data Honorer di BKN, Hasil Pendataan Non-ASN 2022, Ini Caranya

Kerajaan Tarumanegara memiliki pengaruh besar dengan dunia luar termasuk bangsa asing.

Terbukti dengan terjalinnya hubungan diplomatik dengan Cina pada abad ke-7 Masehi.

Dalam aspek sosial-ekonomi, kerajaan ini memperhatikan kemakmuran rakyatnya dengan membangun infrastruktur seperti kanal untuk irigasi dan pelayaran.

Agama yang dianut oleh raja Purnawarman dan rakyatnya adalah agama Hindu Siwa. Kerajaan Tarumanegara mengalami keruntuhan menjelang akhir abad ke-7 M, dibuktikan dengan hilangnya hubungan diplomatik dengan Cina setelah tahun 669 M.

Para raja yang pernah memimpin Kerajaan Tarumanegara meliputi Jayasingawarman (358-382 M), Dharmayawarman (382-395 M), Wisnuwarman (434-455 M), Indrawarman (455-515 M), Candrawarman (515-535 M), Suryawarman (535-561 M), Kertawarman (561-628 M).

Kemudian Sudhawarman (628-639 M), Hariwangsawarman (639-640 M),Nagajayawarman (640-666 M), Linggawarman (666-669 M).

Peninggalan sejarah Kerajaan Tarumanegara yang masih ada hinga saat ini meliputi Prasasti Kebonkopi I (Prasasti Tapak Gajah).

Prasasti ini menampilkan ukiran tapak kaki gajah, yang mungkin merupakan tunggangan raja Purnawarman. Prasasti ini ditemukan di daerah Leuwiliang, Bogor, dan memiliki penting nilai bagi kesejarahan Kerajaan Tarumanagara .

Prasasti Tugu yang menjadi satu-satunya prasasti peninggalan Purnawarman yang menyebut perkiraan penanggalan.
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor, prasasti ini memiliki aksara ikal, namun sayangnya tulisan pada prasasti tersebut belum dapat dibaca dan diartikan hingga saat ini.

Prasasti Muara Cianteun, Prasasti ini ditemukan di sekitar sungai Cisadane dan berlokasi di Kampung Muara atau Pasir Muara, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang merupakan bekas peninggalan Kerajaan tersebut.

Peninggalan Arkeologis kerajaan ini diantaranya Prasasti Ciaruteun, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Muara Cianten.

Kemudian Candi Jiwa, Candi Blandongan, Candi Bojongmenje, dan Stupa Darmaraja.

BACA JUGA:Honorer Wajib Tahu, Ini Cara Baru Cek Data Honorer di BKN, Hasil Pendataan Non-ASN 2022, Ini Caranya

3. Kerajaan Kediri

Kerajaan yang berada di kawasan Jawa Timur dan Utara Jawa Tengah ini berdiri tahun 1042 masehi dan runtuh pada tahun 1222 masehi.

Kerajaan ini berdiri dimasa Hindu-Buddha sejak tahun 1045 hingga 1222, pusat pemerintahan kerajaan ini berada di Kediri, Jawa Timur.

Masa kejayaan Kediri berlangsung pada periode pemerintahan Raja Jayabaya, yang berkuasa antara tahun 1135 hingga 1159.

Salah satu aspek yang terkenal dari Kerajaan Kediri adalah karya sastra yang dihasilkan, terutama dalam bentuk kakawin, yang sangat penting dan bermutu tinggi. Bahkan masa pemerintahan Kerajaan Kediri disebut sebagai zaman keemasan Jawa kuno.

Berdirinya kerajaan Kediri diawali dari pembagian Kerajaan Kahuripan oleh Raja Airlangga sebagaimana tercermin dalam Prasasti Wurare.

Prasasti Wurare menyebut adanya pembagian daratan Jawa menjadi Jenggala dan Panjalu guna menghindari permusuhan serta perselisihan di antara dua pangeran.

Maksud dari isi Prasasti Wurare adalah pembagian Kerajaan Kahuripan pada abad ke-11 oleh Raja Airlangga, menjadi Kerajaan Jenggala dan Panjalu (Kerajaan Kediri) untuk putranya dan sepupunya.

Kitab Negarakertagama juga menyebut Raja Airlangga memerintahkan pembagian tanah Jawa karena cinta kasihnya kepada dua pangeran yang sama-sama menjadi raja.

Dua pangeran yang dimaksud adalah putra Airlangga, Mapanji Garasakan, dan putra Dharmawangsa Teguh (raja terakhir Kerajaan Medang), Sri Samarawijaya.

Pembagian kerajaan yang dibantu oleh Mpu Bharada menyatakan bahwa Kerajaan Jenggala yang ibu kotanya terletak di Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan, sementara Kerajaan Panjalu yang berpusat di Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya.

Berikut raja - raja yang pernah memimpin kerajaan Kediri, Sri Samarawijaya, Sri Jayawarsa, Sri Bameswara, Sri Jayabaya, Sri Sarweswara, Sri Aryyeswara, Sri Gandra, Sri Kameswara dan Sri Kertajaya.

Kerajaan Kediri mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, yang disebut sebagai raja bijaksana.

Pada masa Raja Jayabaya pula, konflik antara Kerajaan Jenggala dan Kediri baru dapat diakhiri sebagaimana tercantum dalam isi Prasasti Ngantang yang dikeluarkan Raja Jayabaya pada tahun 1135.

BACA JUGA:Diduga Buli Anak Didik, Oknum Guru SD di Bengkulu Selatan Dilaporkan Orang Tua Ke Dinas Dikbud

4. Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan ini berdiri tahun 732 Masehi, lokasinya berada di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Barat Jawa Timur.

Peninggaan kerajaan ini meliputi Candi Prambanan dan Candi Borobudur.

Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan maritim yang terletak di pedalaman Jawa Tengah. Dalam beberapa catatan menyatakan bahwa kerajaan ini berada di wilayah yang dikelilingi oleh gunung, pegunungan, dan sungai.

Di awal masa berdirinya, kerajaan ini merupakan kerajaan yang bercorak Hindu, namun mengalami perpecahan dan menjadi bercorak Hindu dan Budha.

Selain itu, kerajaan ini juga terbagi dalam masa atau periode yang berbeda yakni pada abad ke-8 berpusat di Jawa Tengah dan di abad ke-9 berpusat di Jawa Timur.

Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkuasa dalam kurun waktu yang cukup lama. Bahkan, dipimpin oleh 3 dinasti yang berbeda.

Selain itu, Kerajaan ini juga tercatat pernah melakukan pemindahan ibukota kerajaan yang semula di Jawa Tengah menuju Jawa Timur.

BACA JUGA:Petani Wajib Tahu, Ini 6 Jenis Padi Lokal Indonesia Populer 2024, Tahan Serangan Penyakit, Hasil Melimpah

5. Kerajaan Majapahit

Kerajaan ini berdiri tahun 1293 yang berpusat di Mojokerto, Jawa Timur.Kerajaan ini menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara.

Kerajaan Majapahit (1293-1527) adalah kerajaan Hindu terbesar di Nusantara yang mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada tahun 1350-1389.

Raja Hayam Wuruk memerintah Kerajaan Majapahit dengan tata pemerintahan yang teratur dan cermat.

Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari peranan Gajah Mada yang berhasil menumpas pemberontakan dan mampu menyatukan Nusantara.

Mahapatih Gajah Mada mencetuskan Sumpah Palapa yang berarti untuk menaklukkan Nusantara di bawah Majapahit. Wilayah-wilayah yang berhasil ditaklukkan Majapahit meliputi, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura), dan Filipina.

Kerajaan Majapahit menguasai sebagian besar wilayah Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya, dan wilayah-wilayah yang berada di luar timur Jawa.

Wilayah-wilayah yang dikuasai Majapahit tersebut tercatat dalam Kitab Negarakertagama pupuh 13 dan 14. Majapahit juga menjadi hubungan dengan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara.

Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari armada laut di bawah pimpinan Mpu Nala. Dengan strategi dan kekuatan militer, Majapahit mampu menstabilkan wilayah dan memperluas wilayahnya.

Raja yang pernah memimpin Majapahit yakni Raden Wijaya/Kertajasa Jayawardhana (1293-1309 M), Kalagamet/Sri Jayanagara (1309-1328 M), Sri Gitarja/Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M), Hayam Wuruk/Sri Rajasanagara (1350-1389).

Kemudian Wikramawardhana (1389-1429 M) Suhita/Dyah Ayu Kencana Wungu (1429-1447), Kertawijaya/Prabu Brawijaya I (1447-1451 M), Rajasawardhana/Prabu Brawijaya II (1451-1453 M), Purwawisesa/Prabu Brawijaya III (1456-1466 M), Bhre Pandansalas/Prabu Brawijaya IV (1466-1468 M).

Selanjutnya raja Bhre Kertabumi/Prabu Brawijaya V (1468-1478 M), Girindrawardhana/Prabu Brawijaya VI (1478-1489 M), Patih Udara/Prabu Brawijaya VII (1489-1527 M).

Itulah daftar 5 kerajaan di Indonesia yang memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan peradaban nusantara. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan