Pasokan Berkurang, Harga Kelapa dan Santan Masih Melambung

KELAPA: Tampak kelapa yang diambil dan dikumpulkan pengepul kelapa di kebun petani-Wawan S-radarselatan.bacakoran.co

radarselatan.bacakoran.co, KOTA MANNA - Sejak beberapa bulan lalu harga kelapa dan santan masih bertahan dengan kenaikan yang cukup tinggi. Saat ini, pantauan di pasar, harga santan maupun kelapa per butir cukup masih tinggi.

Budiman (53), pemilik usaha santan kelapa di Kota Manna menyebut, tingginya harga santan kelapa sudah berlangsung lama.

BACA JUGA:Produk Lokal Harus Jadi Nilai Tambah Untuk Membangun Ekonomi Desa

Hal ini karena kurangnya pasokan kelapa dan tingginya minat pembeli. Harga santan mengalami kenaikan yang signifikan sejak beberapa bulan lalu hingga saat ini.

“Harga kelapa naik sejak awal tahun lalu hingga kini masih tetap tinggi. Untuk kisaran santan tertinggi berada di 20 ribu hingga 30 ribu rupiah per kilogram.

Kalau kelapa per butir 6.500 sampai 10.000 rupiah untuk ukuran besar. Faktor kenaikan ini karena pasokan kelapa agak kurang, tapi peminatnya atau permintaan pasar terus tinggi,” ujar Budiman.

Harga santan kelapa awalnya 20 ribu rupiah per kilogram, kini masih terus tinggi. Sementara kelapa per butir dari harga awal 6.500 rupiah, sekarang naik sekitar 7.500 hingga 8.000 rupiah per butir di pasar.

BACA JUGA:Kembangkan Potensi Wisata Unggulan di Setiap Desa

Sementara, untuk harga kelapa diambil atau dibeli para pengepul dari kebun juga bervariasi rentang harga 5.500 hingga 6000 rupiah perbutir.

Tingginya harga kelapa, berimbas kepada pelaku usaha makanan berbahan olahan kelapa seperti rumah makan yang menyediakan masakan bersantan, maupun pelaku UMKM, dan makanan tradisional yang memerlukan bahan utama kelapa.

Nurti (41), pelaku usaha makanan khas Bengkulu Selatan, kue Tat dan aneka kue mengaku mengalami kesulitan akibat masih tingginya harga kelapa parut di pasaran. Padahal, kelapa parut menjadi salah satu bahan untuk membuat kue-kue yang diolahnya.

BACA JUGA:Disnakertrans Seluma Tidak Punya Data Karyawan Penerima BSU

Untuk mengatasi kendala tersebut, Nurti tidak mengambil solusi dengan menaikkan harga produk. Namun memilih mengurangi porsi usahanya dari porsi biasanya tanpa mengurangi cita rasa.

“Kenaikan harga kelapa cukup berdampak, tapi tidak begitu terlalu karena saya mengatasinya lebih mengurangi porsi sedikit dari porsi biasanya, tanpa kurangi cita rasa,” tuturnya. (one)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan