Cerita Lengkap Ketua Tim Ekspedisi Gunung Patah, Sempat Hilang Kontak, Turun Lewat Pagar Alam

SELAMAT: Para pendaki Gunung Patah sudah pulang dengan selamat dan dijemput pihak Basarnas Bengkulu Selatan bersama tim gabungan dari wilayah Kota Pagar Alam-Rezan-radarselatan.bacakoran.co

RadarSelatan.bacakoran.co - Perjalanan tim ekspedisi pendakian Gunung Patah yang beranggotakan 8 orang pada awal bulan Maret 2025 lalu tidak berjalan mulus.

Tim yang diketuahi oleh Bambang beserta teman temannya Budi, Rahmat, Rahman, Ogi, Gading dan Joni berniat mendaki gunung Patah mebuka jalur dari Desa Sukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan.

BACA JUGA:Hilang Kontak Sejak 8 Maret, Delapan Pendaki Gunung Patah Jalur Desa Sukarami Ditemukan Selamat

Semua persiapan sudah diangap matang, sehingga seluruh anggota tim berangkat sesuai hari yang sudah ditentukan yakni pada tanggal 7 Maret 2025.

Ketua Tim Ekspedisi, Bambang menceritakan, rencana eskpedisi itu sudah dipersiapkan sejak satu tahun yang lalu.

Mulai dari manajemen perjalanan, manajemen logistik dan perlengkapan keselamatan sudah direncanakan dengan baik dan matang.

Termasuk mempelajari digital navigasi, pembuatan peta dan penyelamatan darurat atau medis.

BACA JUGA:Pendaki Gunung Dempo Asal Seluma Meninggal Dunia

Kemudian satu bulan sebelum ekspedisi dimulai, Bambang mengatakan mereka melakukan latihan fisik, karena mereka menyadari kalua jalur yang akan ditempuh berat.

Termasuk adaptasi dengan perubahan cuaca dan kondisi alam semuanya sudah diperhitungkan.

Setelah semuanya dipersiapkan, tim beranggotakan 8 orang berangkat pada tanggal 7 Maret 2025. Dalam ekpedisi ini tim mengusung tema "Satu Langkah Seribu Ilmu"

BACA JUGA:Fakta Unik Gunung Patah, Gunung Berapi Tertinggi di Bengkulu, Jalur Pendakiannya Ekstrem

Tim berangkat dari Desa Sukarami, saat berangkat tim dibantu oleh pemerintah desa setempat dengan cara diantar menggunakan motor ojek sampai ke titik pendakian yang disebut pondok enam.

Kemudian tim mulai memasuk rimba dan melakukan pendakian, pada pendakian hari pertama dan kedua semua berjalan lancar dan aman, semua berjalan sesuai perencanaan.

Pada hari ketiga pendakian situasi tetap aman cuaca masih bagus, tetapi kontak ke desa sudah tidak bisa lagi, atau lost kontak.

"Saat itu cuaca bagus, intinya sangat mendukung perjalanan kami," kata Bambang sebagaimana dikutip dari video yang diunggah kun facebook Renal Ayubbi.

BACA JUGA:Bukan Gunung Dempo dan Gunung Patah, Ini 5 Gunung Paling Berbahaya di Indonesia, Salah Satunya Gunung Kerinci

Kendala mulai terjadi pada hari ke empat pendakian, saat memasuki vegetasi hutan lumut kondisi cuaca buruk melanda. Terjadi hujan dan badai sangat dayat, shingga Bambang memutuskan berhenti.

Saat berada di hutan lumut itu kondisi medan sangat sulit, bahkan tim hanya bisa berjalan sejauh 500 meter selama satu hari.

Kemudian saat di hutan lumut juga tim pernah tidak bisa mendirikan tenda karena permukaan tanah yang menyulitkan, sehingga seluruh anggota tim hanya bersandar di pohon.

"Saat itu kami membentangkan flysheet menyerupai kendang, kemudian kami menyalakan kompor agar suhu menjadi hangat. Kami memang membawa kompor itu banyak yakni 16 tabung," cerita Bambang.

Dalam perjalanan itu, salah satu pengalaman paling melekat diingatan Bambang adalah tentang banyaknya pacet (hewan menyerupai lintah).

BACA JUGA:4 Gunung Berapi Paling Barbahaya di Indonesia, Namun Paling Ramai Didaki, Ini Daftarnya

Mereka sempat memantau situasi di sekitar menggunakan satelit dan terlihat ada hamparan bebatuan, kemudian ada dua air terjun berdekatan.

Terpantau juga jalur jalur pendakian satwa seperti kambing hutan di tebing tebing cadas.

Mereka juga menemukan semacam gubuk bekas orang ngekem, mereka memprediksi itu adalah kem pemburu. Di situ ditemukan alat memasak seperti panci, periuk dan alat alat mandi seperti sabun.

Pada hari ke lima pendakian tim berjalan menyusuri lereng dan banyak ditemukan tumbuhan pisang hutan.

Medan yang dilalui adalah lembah dan beberapa kali mendaki tebing.

BACA JUGA:Tempat Berbahaya Namun menjadi Favorit Wisatawan, Vulcan Point Namanya, Pulau Di Tengah Danau dan Gunung Api

Pada pendakian hari ke 6 dan ke 7, hujan masih turun tapi angin tidak kencang sehingga tim tetap berjalan dengan mengenakan jas hujan.

Selama perjalanan, Bambang membagi lagi tugas pada setiap angota timnya. Orang yang berjalan paling dahulu atau Leader bertugas membabat semak untuk membuka jalur.

Orang yang bertugas menjadi leader ini bergantian, Ketika sudah kelelahan digantikan oleh anggota tim yang lain.

Kemudian orang yang berjalan di urutan kedua terdepan adalah navigator yang bertugas menentkan arah leader membuka jalur.

BACA JUGA:Gunung Tumpa, Puncak Tertinggi Di Kota Manado, Tempat Melihat Pemandangan Alam Yang Memukau

Kemudian ada juga orang yang bertugas untuk memasak dan orang ini juga bergantian, kemudian ada juga sweever yang bertugas memastikan tidak ada nggota tim yang tertingal. Tugasnya harus memastikan seluruh anggota tim kontak pandang.

Dalam perjalanan tim berhasil merekam digital navigasi, kemudian memasang plakat di lima pos dan tiga selther dan puncak top.

"Pada ketinggian sekitar 2600 MDPL banyak dijumpai tumbuhan edelweiss," jelas Bambang.

Pada hari ke delapan pendakian tim berhasil sampai puncak, tapi posisi tim berada saat itu melenceng sekitar 600 meter dari puncak.

Mengingat waktu pendakian sudah melewati batas yang direncanakan, akhirnya Bambang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendakian menuju kawah.

BACA JUGA:Desa Terindah dan Terbersih Di Lereng Gunung Lawu, Suasana Sejuk, Pemandangan Indah

Dia memutuskan untuk turun via Pagar Alam yang pernah dia lalui tiga tahun lalu. Dengan estimasi perjalanan selama dua hari sudah bisa sampai ke desa terdekat.

Namun perjalanan turun tidak kalah beratnya, jalur yang tiga tahun lalu pernah dilalui oleh Bambang juga sudah tertutup.

Sehingga tim masih harus berjuanguntuk berjalan turun.

Namun dalam perjalanan turun itu signal handphone muncul. Disitulah Bambang mengetahui kalua mereka sudah masuk berita.

Dalam berita itu disebutkan 8 pendaki gunung patah hilang kontak.

Setelah melalui perjalanan panjang akhirnya Bambang berhasil membawa timnya turun. Sesampainya di jalan mereka sudah disambut oleh tim penyelamat.

"Saya sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, hingga seluruh tim bisa pulang dengan selamat," tutup lelaki angakatan pertama MAPALA Unihaz di tahun 1999 ini. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan