Masyarakat Tristan da Cunha Bertahan Hidup di Pulau Terpencil, Dikelilingi Samudera Lepas
Penampakan pemukiman penduduk di Tristan da Cunha yang terpencil-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Tristan da Cunha adalah salah satu tempat paling terpencil di dunia, terletak di tengah Samudra Atlantik, jauh dari keramaian kota.
Pulau terpencil ini menawarkan kehidupan yang tenang, keindahan alam yang eksotis, dan menjadi salah satu tempat teraman di bumi.
Tristan da Cunha (TDC) terletak di bagian selatan Samudra Atlantik, dengan ibu kota Edinburg of the Seven Seas.
BACA JUGA:Kota Terpadat Ditengah Samudera, Warganya Makmur dan Tak Takut Diterpa Tsunai
Pulau ini memiliki luas sekitar 98 km² dan merupakan bagian dari wilayah seberang laut Britania Raya, termasuk Ascension dan Saint Helena. Pulau ini dihuni oleh sekitar 275 orang saja.
Pulau ini adalah gugusan kepulauan gunung berapi yang megah, dengan pemandangan alam yang luar biasa.
Pulau Tristan da Cunha terletak sangat jauh dari pulau-pulau lain. Jaraknya sekitar 2.400 km dari Saint Helena dan 2.816 km dari Afrika Selatan.
Dari Amerika Selatan, jaraknya mencapai 3.300 km, dan dari Kepulauan Falkland, sekitar 42 km. Mayoritas penduduk di pulau ini memeluk agama Kristen Katolik.
BACA JUGA:5 Pulau Tak Berpenghuni di Indonesia, Pemandangan Alamnya Luar Biasa Indah, Ini Daftarnya
Pulau ini hanya memiliki satu puncak tertinggi, yaitu Queen Mary's Peak, yang menjulang tinggi di tengah pulau.
Iklim di pulau ini sangat dipengaruhi oleh Samudra, dengan curah hujan yang tinggi dan angin kencang yang sering melanda.
Bahasa yang digunakan oleh penduduk setempat adalah bahasa Inggris dengan pengaruh bahasa lokal.
Pulau Tristan da Cunha pertama kali ditemukan oleh penjelajah Portugis, Tristão da Cunha, pada tahun 1506.
Dia memberi nama pulau ini "Ilha de Tristão da Cunha." Namun, 140 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1643, kapal Inggris mendarat di pulau ini dan melakukan penjelajahan.
BACA JUGA:7 Fakta Menarik di Kepulauan Mentawai, Mulai Dari Keindahan Alam Hingga Tradisi Masyarakatnya
Pada tahun 1767, kapal Prancis L'Uranie melakukan penelitian pertama di pulau ini, termasuk penemuan air terjun besar yang dikenal sebagai Big Wat Run.
Setelah itu, Tristan da Cunha mulai dikenal oleh dunia. Pada tahun 1781, hasil penelitian tersebut dipublikasikan oleh Royal Navy Hydrographer.
Jonathan Lambert, seorang warga Amerika Serikat, adalah orang pertama yang mendirikan pemukiman permanen di pulau ini pada tahun 1816.
Ia menyatakan wilayah ini sebagai miliknya dan memberi nama "The Refreshment Islands."
BACA JUGA:Pulau Siberut, Pulau Terindah di Mentawai, Pemandangan Alamnya Memukau
Pada tahun 1961, letusan gunung berapi memaksa penduduk Tristan da Cunha mengungsi ke Inggris untuk sementara waktu, namun pada tahun 1963, sebagian dari mereka kembali ke pulau ini dan membangun kembali pemukiman di atas tanah vulkanik tersebut.
Tristan da Cunha kini menjadi pulau terpencil yang indah dan berpenghuni. Penduduknya memanfaatkan kekayaan laut sebagai mata pencaharian utama, dengan ikan dan lobster sebagai komoditas utama.
Sektor pertanian juga berkembang dengan tanaman kentang dan sayuran lainnya yang dibudidayakan di ladang berdinding batu.
BACA JUGA:Pesona dan Keindahan Pulau Wayang di Lampung, Pemandangannya Sangat Memukau
Sektor peternakan dikelola oleh pemerintah untuk mencegah ketimpangan dan menjaga keberlanjutan sumber daya.
Di pulau ini, Anda dapat menemukan fenomena langka yang tak ada di tempat lain, seperti suara rumput yang tumbuh dan burung yang jarang berkicau.
Yang menarik, Tristan da Cunha adalah salah satu tempat di dunia yang tidak pernah terjangkit virus COVID-19.
Suasana di pulau ini sangat aman, dengan penduduk yang tidak menggunakan kunci rumah.
BACA JUGA:Pulau Sempu, Cagar Alam Memesona yang Terlarang Dikunjungi di Malang
Sebagian besar penduduknya merupakan keturunan Belanda, Italia, Inggris, dan Amerika.
Pulau ini juga menjadi rumah bagi berbagai spesies langka, seperti pinguin, albatros, dan burung-burung langka lainnya.
Karena itu, 40% dari wilayah Tristan da Cunha dilindungi sebagai cagar alam.
Bagi wisatawan yang tertarik, Tristan da Cunha menawarkan pengalaman yang unik. Meskipun tidak ada surat kabar lokal atau jaringan internet yang baik, wisatawan dapat menikmati hidangan laut segar dan mengoleksi perangko edisi terbatas.
BACA JUGA:Pantai Ungapan di Malang, Keindahan Alam Pesisir Berhias Pulau Karang, Cocok Tempat Berlibur
Mereka juga dapat menjelajahi keindahan alam, mendaki gunung api yang masih aktif, dan menginap di homestay atau museum rumah jerami yang ada di sana.
Penduduk lokal sering menghabiskan waktu luang dengan berenang di sekitar pulau, karena arus lautnya tidak terlalu kuat.
Selain itu, mereka merayakan hari-hari besar seperti Natal dan Paskah, serta mengadakan pesta dan perayaan tradisional.
Fasilitas di Tristan da Cunha cukup lengkap, dengan gereja, tempat pemakaman, penginapan, museum, sekolah, kafe, bar, internet, supermarket, pelabuhan, dan bahkan satu dokter.
BACA JUGA:Ko Panyi, Desa Terapung di Thailand, Dibangun Orang Indonesia Penduduknya Manyoritas dari Pulau Jawa
Meskipun akses menuju pulau ini sangat terbatas, hanya ada kapal feri yang melayani perjalanan ke pulau ini.
Tristan da Cunha adalah pulau terpencil yang jauh dari akses publik. Namun, kehidupan di sana mengajarkan kita tentang keharmonisan dan keamanan, serta bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam di tempat yang begitu jauh dari peradaban. (**)