Ko Panyi, Desa Terapung di Thailand, Dibangun Orang Indonesia Penduduknya Manyoritas dari Pulau Jawa
Penampakan desa terapung di thailan yang dihuni orang Indonesia dari pulau jawa-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Di lepas pantai Thailand Selatan, terdapat sebuah desa terapung bernama Ko Panyi.
Desa ini berada di atas air dan dihuni oleh mayoritas penduduk yang beragama Islam.
Ko Panyi terletak di sebuah teluk yang dikelilingi formasi batu kapur besar dengan ketinggian sekitar 20 meter, di selatan Thailand.
Desa ini dihuni oleh lebih dari 400 keluarga dengan total populasi sekitar 1.680 orang, yang merupakan keturunan tiga keluarga Muslim asal Indonesia, tepatnya dari suku Jawa.
Karena alasan inilah desa ini juga dikenal sebagai Kampung Jawa.
BACA JUGA:11 Desa Terbersih di Dunia, Nomor 1 Ada Di Indonesia, Pemandangan Indah, Suasana Sejuk dan Nyaman
Desa terapung ini didirikan sekitar 200 tahun yang lalu oleh tiga keluarga nelayan keturunan Jawa.
Awalnya, tiga orang tersebut mencari lokasi yang strategis untuk menangkap ikan. Mereka berlayar menyusuri garis pantai Malaysia menuju Laut Andaman hingga akhirnya sampai di perairan Thailand, tepatnya di provinsi Phang Nga.
Setelah menemukan tempat yang ideal, mereka mengibarkan bendera di atas puncak bukit untuk memberitahukan nelayan lain, agar mereka bisa bergabung.
Perlahan, lebih banyak nelayan bergabung dengan tiga keluarga tersebut dan mulai membangun desa.
Desa ini akhirnya berkembang dan dihuni oleh sekitar 400 keluarga yang tinggal di atas air.
BACA JUGA:Padi UB2 Batutah, Padi Unggul Asal Aceh, Sepintas Tak memiliki Daun, Hasil Melimpah
Mereka dengan cerdik menghindari hukum Thailand yang melarang orang asing memiliki tanah dengan memilih untuk tinggal di atas air.
Seiring waktu, semakin banyak turis yang datang dan menjadikan Ko Panyi sebagai salah satu destinasi wisata favorit.
Akhirnya, penduduk yang berasal dari Jawa ini memperoleh hak kepemilikan tanah.
Desa Ko Panyi kini telah berkembang dengan berbagai fasilitas yang serupa dengan desa-desa lain pada umumnya.
Hal pertama yang dibangun oleh penduduk adalah rumah dan masjid. Saat ini, Ko Panyi juga memiliki sekolah tempat anak-anak belajar, rumah sakit, pasar, toko, rumah makan, lapangan sepak bola, dan peternakan ikan.
Bahkan, ada juga sebuah hotel sederhana di desa ini.
BACA JUGA:Usaha Penggilingan Padi Milik Warga Bengkulu Selatan Ludes Terbakar, Kerugian Ratusan Juta
Bagian tengah desa Ko Panyi terdiri dari beton yang menghubungkan berbagai toko souvenir kecil, membentuk labirin sempit yang mengarah ke rumah-rumah penduduk.
Jalan setapak dan toko-toko kecil di sana menjual berbagai barang seperti kaos batik dan kerajinan dari kerang.
Salah satu yang menarik dari desa ini adalah adanya tiga lapangan sepak bola terapung yang dibangun setelah Piala Dunia 1986.
Lapangan-lapangan ini terbuat dari kayu dan beton.
Di masa lalu, sebagian besar penduduk desa ini bekerja sebagai nelayan.
Namun saat ini, pariwisata menjadi sumber pendapatan utama, dengan penduduk menjual barang cinderamata dan makanan kepada para turis.
BACA JUGA:Pantai Melasati, Tempat Wisata Menarik Di Bali, Cocok Untuk Tempat Berlibur Saat Natal dan Tahun Baru
Sayangnya, hanya generasi tua di desa ini yang masih menggunakan bahasa Indonesia, sementara generasi muda kini lebih banyak menggunakan bahasa Thailand.
Selain itu, perluasan wilayah di desa ini sudah sangat terbatas, sehingga untuk generasi mendatang, mereka kemungkinan akan mencari tempat tinggal di daratan. (**)