radarselatan.bacakoran.co - Belakangan ini gunung Marapi Sumatera Barat kembali viral. Penyebabnya adalah bencana banjir yang melanda tiga kabupaten di Sumatera Barat baru baru ini disebut sebut akibat luapan lahar dingin Gunung Marapi.
Namun dibalik kegasanasnnya itu, banyak fakta unik yang menarik untuk diketahui berada di gunung Marapi Sumatera Barat.
Mulai dari kunjungan pendaki yang tak pernah sepi, hingga taman bunga edelweis atau bunga abadi.
Gunung Marapi adalah gunung api aktif berada diantara Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam dan Kotamadya Padang Panjang Provinsi Sumatera Barat.
BACA JUGA:Material Longsor Setinggi Orang Dewasa, Jalan Desa Tanjung Aur II Lumpuh Total
Secara administrasi gunung yang memiliki kaitan erat dengan legenda Mak Lampir ini berada dalam kawasan Kabupaten Agam.
Gunung ini memiliki ketinggian 2.891 meter diatas permukaan laut (MDPL). Sedangkan jalur pendakian yang populer adalah melalui jalur Koto Baru.
Guning Marapi ini sudan menjadi salah satu gunung tujuan pendaki di Indonesia. Para pendaki yang datang bukan hanya pendaki lokal, melainkan juga banyak pendaki dari luar daerah bahkan luar negeri.
Untuk mencapai puncak gunung Marapi, jalur yang dilalui bervariasi, mulai dari trek ringan hingga trek berat berupa bebatuan cadas.
Pendakian Gunung Marapi dimulai dari lokasi regestrasi, para pendaki akan berjalan menyusuri ladang penduduk untuk mencapai pos 1.
BACA JUGA:Update Korban Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi dan Longsor Di Sumatera Barat, 50 Meninggal 14 Masih Dicari
Menariknya jika bertemu dengan pendaki lain para pendaki Gunung Marapi memiliki sebutan khusus. Jika pendakinya laki laki maka dipanggil Pak bila pendaki perempuan disebut Buk.
Tidak dianjurkan menggunakan sebutan sebutan lain. Panggilan ini sudah menjadi ciri khas pendaki Sumatera Barat.
Setelah mendaki sekitar 30 menit akan bertemu camp area di sebelah kiri yang biasa di sebut posko BKSDA.
Banyak pendaki yang beristirahat sebentar atau bermalam disini dan melanjutkan pendakian besok harinya di tempat itu.
Tempat itu merupakan lokasi terakhir sebelum memasuki pintu rimba yang merupakan titik awal pendakian sejati.
Di kawasan pintu rimba ini ada sumber mata air yang disebut Mata Air Koncek. Biasanya para pendaki akan mengambil air dulu di lokasi ini sebelum melanjutkan perjalanan.
BACA JUGA:Diterjang Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi, Surau Kasiak An Nur Bukik Batabuah Tetap Beridi Kokoh
Dari pos 1 pendaki akan melewati hutan bambu atau yang disebut warga lokal dengan Parak Batuang.
Jalur dari pos I menuju pos 2 ini berupa tanah yang licin dan bebatuan.
Ketika tiba dipenghujung jalur tanah dan mulai memasuki jalur bebatuan artinya pendaki sudah sampai di kawasan yang disebut Pintu Angin.
Dari pintu angin ini para pendaki sudah bisa melihat pemandangan kota Padang Panjang.
Di lokasi ini juga tersedia sumber mata air yang berada sekitar 20 meter di sebelah kiri jalur.
Bagi pendaki yang ingin menginap, di lokasi ini tersedia tempat camp yang berlokasi di sebelah kanan jalur.
Setelah melewati Pintu Angin, jalur pendakian makin ekstrem, jalur yang dilalui merupakan bebatuan cadas.
Terlihat beberapa jalur air yang terbentuk secara alami saat turun hujan di cadas, namun saat musim panas jalur itu kering.
BACA JUGA:Banjir Lahar Dingin Di Sumatera Barat Sebabkan 18 Titik jalan Nasional Rusak Parah, Ini Lokasinya
Di kawasan yang disebut cadas ini ada tempat untuk ngecamp, di tempat ini para pendaki bisa mendengar suara suara orang utan Marapi.
Biasanya dari kawasan Cadas para pendaki lebih memilih melanjutkan perjalanan pada pagi hari.
Setelah berjalan lebih kurang 1,5 jam dari cadas para pendaki akan menemukan monumen Abel.
Monumen ini dibangun untuk mengenang kepergian salah seorang pendaki yang bernama Abel.
Dari lokasi ini terlihat dua puncak gunung berdiri kokoh menjulang yakni puncak Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek.
Saat cuaca cerah pendaki bisa melihat keindahan Kota Padang Panjang dan kota Bukittinggi, ladang ladang penduduk terbentang di kaki Gunung Marapi.
BACA JUGA:Warga Teluk Sepang Keluhkan Jalan Rusak, Pengangkutan Batu Bara Penyebabnya
Di lokasi ini juga terdapat tempat yang datar dan sangat luas, ukurannya ada sekitar dua kali luas lapangan sepak bola.
Tempat tersebut dinamai Lapangan Bola karena datar dan luas. Material dasarnya pasir hitam yang berasal dari letusan Gunung Marapi yang dihiasi dengan bongkahan bebatuan di sekitarnya.
Tak berapa jauh dari tempat tersebut terdapat dua buah kawah, yang satu tidak mengeluarkan asap dan satunya lagi masih aktif.
Bau belerang perlahan mulai terasa di dekat kawah tersebut.
Selain dua kawah utama tersebut di titik lain juga terdapat kawah lain yang berukuran lebih kecil.
Trek menuju Puncak Merpati lumayan terjal dengan kemiringan sekitar 45 derajat.
Di sebelah kanan terdapat jurang dan di sebelah kirinya dua kawah yang kami lewati sebelumnya.
Jika cuaca cerah dan tak ada kabut yang menghalangi pandangan, dari Puncak Merpati ini bisa melihat Danau Singkarak, Kota Solok, Gunung Talamau dan Gunung Kerinci serta Taman Edelweis.
Jalan menuju Taman Edelweis tak begitu jauh, setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit pendaki akan tiba di Taman Edelweis.
BACA JUGA:Gubernur Pantau Keberangkatan CJH, Sekaligus Serahkan Bantuan Bencana
Di lokasi ini terhampar taman luas sekumpulan Bunga Edelweis yang merupakan flora khas puncak pegunungan.
Dalam satu rumpun, terdapat sekumpulan tangkai yang berbunga. Jarak antar kelompok sekitar 2 - 4 meter, dari kejauhan sungguh tampak mempesona.
Taman Edelweis ini berbatasan langsung dengan Hutan Larangan.
Dari taman Edelweis ini pendaki bisa menggapai satu puncak lagi di Gunung Marapi, yaitu Puncak Garuda.
Namun tidak banyak pendaki yang melanjutkan ke puncak Garuda, selain jaraknya jauh pada siang hari kabut belerang sudah naik sehingga bisa mengganggu pernapasan.
Untuk mendaki gunung Marapi Sumatera Barat, ada tiga jalur resmi yang bisa diakses pendaki, yakni Jalur Tungku Tigo yang biasa dikenal dengan nama Jalur Selatan, Jalur Aia Angek dan Jalur Batupalano.
Jalur Tungku Tigo atau Jalur Selatan adalah jalur dari arah Jorong Padang Panjang, Nagari Pariangan, Kecamatan Pariangan, di Kabupaten Tanah Datar.
BACA JUGA:Pengembalian Formulir Pendaftaran Balon Bupati ke Partai Sepi, Balon Bupati Hanya Gertak?
Jika mendaki lewat jalur ini, estimasinya sekitar 7 sampai dengan 9 jam untuk sampai ke Puncak Merpati.
Ada beberapa kelebihan jalur ini, di antaranya punya banyak sumber air di sepanjang jalur pendakian, namun trek ini merupakan yang terpanjangdan banyak pacet sepanjang jalur hingga melewati batas vegetasi menuju puncak.
Jika melewati jalur Aia Angek, pendaki perlu menuju Nagari Aia Angek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar. Jalur ini tepat berada di tepi jalan penghubung Padang – Bukittinggi.
Jalur Aia Angek adalah jalur tercepat dari seluruh jalur pendakian Gunung Marapi, dengan estimasi waktu pendakian hanya sekitar 2 sampai 3 jam saja hingga tiba ke pertemuan dengan Jalur Batupalano, dan sekitar 4 sampai 5 jam hingga monumen Abel.
Jika lewat jalur ini, para pendaki bisa bertemu sebuah air terjun di jalur dekat pintu rimba.
Namun, saat musim penghujan jalur ini banyak sekali pacet.
Sedangkan jalur Batupalano dari arah Koto Baru. Titik awal pendakian lewat jalur ini adalah dari Pasar Koto Baru, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar.
BACA JUGA:Kuatkan Ekonomi Daerah, Wujudkan Ring Of Road
Lewat jalur ini, para pendaki harus menghabiskan waktu sekitar 5 sampai 6 jam untuk tiba di area camping, dan kurang lebih 1 jam dari area camping ke Puncak Abel.
Jalur ini menjadi jalur favorit para pendaki karena cukup landai, meski estimasinya memang lebih lama dari jalur Aia Angek.
Di jalur ini, para pendaki bisa menemukan sumber air melimpah di dekat pintu rimba.
Namun, di dekat area camping sulit sekali menemukan air bersih dan layak konsumsi langsung, karena mulai tercempar dengan sampah dan kotoran pendaki, saking banyaknya pendaki yang memilih lewat jalur ini. (**)