radarselatan.bacakoran.co, TAIS - Petani kopi di Seluma seharusnya bisa tersenyum lebar saat ini. Pasalnya harga kopi yang sebelumnya hanya Rp 20 ribu perkilogram, naik hingga Rp 60 ribu perkilogram. Namun ternyata petani masih tetap mengeluh. Ada apa?
Ternyata hal itu lantaran hasil panen kopi para petani ternyata belum maksimal. Hanya sebagian petani yang dapat panen dengan melimpah.
BACA JUGA:Toke Sawit yang Demo Sempat Dipolisikan Karyawan PT. SBS, Berakhir Damai
Salah seorang petani kopi asal Desa Sekalak Kecamatan Seluma Utara, Farhan (48) mengatakan harga kopi robusta yang naik drastis tak sebanding dengan hasil panen yang didapat. Bahkan hasil panen kopi tahun ini cenderung merosot akibat cuaca yang tidak menentu.
Dengan harga yang mahal saat ini pastinya petani kopi bisa mendapatkan untung berkali lipat dari hasil menjual biji kopi kering. Namun kenyataannya tidak semua petani kopi bakal mendapatkan untung karena banyak dari batang pohon kopi tidak berbuah.
BACA JUGA:Petani di Kaur Keluhkan Harga Jagung Murah, Pemerintah Diminta Bisa Berikan Solusi
"Untuk saat ini memang harga naik, tapi sepertinya hasil panen tahun ini tidak maksimal akibat cuaca yang tidak menentu," keluh Farhan.
Terpisah, Kepala Dinas Perindagkop-UKM Seluma, Wanharudin mengatakan saat ini secara nasional harga kopi memang mengalami kenaikan. Hal itu diharapkan bisa meningkatkan gairah petani kopi untuk terus mempertahankan salah satu komoditas hasil bumi tersebut.
BACA JUGA:Info Harga Pasar di Bengkulu Selatan, Harga Daging Ayam Potong Kembali Meroket
BACA JUGA:Pabrik Rokok di Bengkulu Mulai Beroperasi
"Memang saat ini mengalami kenaikan drastis, bahkan di daerah lain seperti Rejang Lebong sudah menembus angka Rp 62 ribu perkilogram untuk kopi kering. Semoga ini bisa memperbaiki perekonomian masyarakat petani kopi," pungkas Wanharudin. (rwf)