radarselatan.bacakoran.co - BENGKULU, Kasus Penyakit ngorok atau Septicaemia Epzootica (SE) pada ternak sapi dan kerbau di Bengkulu Tengah kembali ditemukan. Kasus ini menyebabkan kematian pada hewan ternak.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dinakeswan) Provinsi Bengkulu, Muhammad Syarkawi, mengatakan dari informasi yang diterima, penyakit tersebut menjangkiti ternak jenis kerbau.
BACA JUGA:Tanam dan Jual Ganja, 4 Pemuda di Bengkulu Berhasil Ditangkap Polisi
"Saat ini kita masih melakukan pencegahan di lapangan, terutama untuk hewan ternak yang masih sehat," kata Syarkawi, Selasa (29/4/2025).
Diakui Syarkawi, pencegahan penyakit ngorok ini terkendala anggaran akibat adanya efisiensi oleh pemerintah pusat.
BACA JUGA:Visa Calon Jemaah Haji Provinsi Bengkulu Hampir Rampung
Termasuk juga ketersediaan vaksin baik di daerah maupun di pusat sedang mengalami kekosongan.
"Vaksin SE ini sedang kosong di daerah maupun di pusat. Butuh waktu lama jadi penanganannya disesuaikan dengan stok yang ada saat ini," ujar Syarkawi.
BACA JUGA:Wabup Seluma Ajak Sekolah Kunjungi Perpustakaan
Syarkawi mengatakan kasus sapi ngorok ini sebelumnya pernah merebak di Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur dan Kota Bengkulu. Kasus SE saat itu cukup tinggi dan membuat kematian pada hewan ternak.
"Kasusnya sekarang ada di Bengkulu Tengah. Kita berharap ada dukungan dati pemerintah pusat, karena anggaran daerah sangat terbatas," ujar Syarkawi.
BACA JUGA:Anggota BPD di Seluma Diminta Awasi Pelaksanaan Pembangunan Desa
Penyakit ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian mendadak pada ternak. Salah satu penyebab sulitnya pengendalian wabah di daerah tersebut adalah metode peternakan yang dilakukan secara lepas liar.
Sistem ini membuat hewan ternak lebih rentan tertular penyakit akibat interaksi langsung di alam bebas.
BACA JUGA:Hadianto Pindah ke Pemprov, Bupati Seluma Tunjuk Plh Sekda Seluma