Oleh : Ustadz Fitrul Aidi, M.HI
Hadirin Jama'ah Jumat yang dimuliakan Allah SWT
Peringatan Hari Santri Nasional pada tahun ini memasuki usianya yang kesembilan sejak terbitnya Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 2015 yang menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
Sontak hal ini disambut riang gembira oleh kalangan santri, baik mereka yang masih aktif sebagai santri di pesantren maupun mereka yang sedang berjuang mengembangkan ilmunya di tengah-tengah masyarakat.
Kegembiraan ini diwujudkan dalam berbagai kegiatan, mulai dari istighatsah untuk keselamatan bangsa dan negara, bakti sosial, hingga aneka perlombaan.
Penetapan Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober ini didasarkan pada seruan jihad mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia yang digawangi oleh KH Hasyim Asy’ari dan para ulama, tepatnya melalui Resolusi Jihad yang terbit pada tanggal 22 Oktober 1945.
Saat itu, ketika Jepang dikalahkan oleh sekutu, Inggris datang ke Indonesia dengan membawa perlengkapan perang, berniat untuk menjajah kembali.
Pada saat yang sama, Indonesia baru merdeka selama tiga bulan dan belum memiliki perangkat pertahanan yang memadai.
Namun, meskipun harus berhadapan dengan pasukan yang memiliki peralatan perang canggih, bangsa Indonesia tidak punya pilihan lain selain melawan dengan segala daya dan upaya yang ada. Slogan perjuangan mereka saat itu adalah “isy karîman au mut syahidan”, memilih hidup mulia atau mati syahid.
Hadirin Jama'ah Jumat yang dimuliakan Allah
Di sisi lain, ditetapkannya Hari Santri Nasional pada tahun 2015, tidak lepas dari fakta sejarah bahwa bangsa Indonesia saat itu sedang menghadapi badai ideologi transnasional yang menginginkan adanya Khilafah Islamiyah.
Tentu saja hal ini akan mengabaikan pemimpin negara yang sudah ada dan seolah tidak mencintai tanah airnya sendiri. Para tokoh yang terpapar ideologi ini tidak segan mengatakan bahwa cinta tanah air tidak ada dalilnya.
Padahal kalau ditelisik lebih lanjut, maka akan ditemukan hadits yang artinya: "Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Alangkah indahnya engkau (Makkah) menjadi satu negeri dan menjadi (negeri) yang paling aku cinta. Seandainya kaumku (tidak) mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan mendiami (negeri) selainmu" (HR. At-Tirmidzi/3629)
Hadirin Jama'ah Jumat yang dimuliakan Allah
Dari hadits di atas, maka dapat dipahami secara jelas bahwa Nabi Muhammad SAW sangat cinta terhadap Makkah sebagai tanah kelahirannya, tanah tempat ia tumbuh dan berkembang. Demikian pula dengan umat Islam yang ada di Indonesia, mereka lahir, tumbuh, berkembang hingga wafat dan dikebumikan di Indonesia.