Jejak Sejarah di Gunung Gajah Mungkur, Ditemukan Bangunan Berbentuk Candi, Luasnya Mengalahkan Borobudur

Jejak sejarah di gunung gajah mungkur-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

RadarSelatan.bacakoran.co - Di Kabupaten Sukoharjo ada daerah yang berada di kaki gugusan pegunungan seribu.

Selain terkenal dengan keindahannya, daerah ini juga dikenal sebagai kawasan tempat banyak ditemukannya peninggalan sejarah.

Salah satunya di kawasan Gunung Gajah Mungkur yang berada di Desa Kedungsono, Kecamatan Bulu.

Gunung Gajah Mungkur masih dibalut oleh hutan lebat yang rimbun. Jalur untuk mendaki hampir tertutup semak belukar.

BACA JUGA:Sungai Tigris Mengering, Berbagai Peninggalan Sejarah Ditemukan, Diantaranya Kota Tua Bukti Kejayaan Masa Lalu

Kondisi ini menunjukkan bahwa jalur ini jarang dilalui orang.

Namun di Gungung Gajah Mungkur ini tersimpan peninggalan sejarah berupa reruntuhan bangunan yang terbuat dari batu dan diperkirakan adalah bekas candi yang sudah rusak.

Dari luasnya, kawasan peninggalan yang berbentuk candi ini lebih luas dari Candi Borobudur.

Tempat ini terletak di tengah hutan dengan pepohonan kecil bernama lanturo. Ketinggian gunung ini  sekitar 1300 mdpl.

BACA JUGA:Sejarah Candi Borobudur Di Indonesia, Memang Luar Biasa

Gunung ini merupakan anak Gunung Penanggungan, dilokasi ini terlihat bangunan yang menakjubkan dengan batu-batu besar yang dipahat oleh leluhur kita, membentuk pola-pola tertentu.

Dari lokasi itu terlihat jelas Gunung Penanggungan.

Dilokasi itu terdapat anak tangga dari batu andesit yang menunjukkan struktur yang sangat terawat dengan baik. Tangga itu menuju ke lokasi reruntuhan bangunan yang menghadap ke puncak Gunung Penanggungan.

BACA JUGA:Sejarah dan Fakta Candi Sewu di Prambanan, Candi Budha Terbesar, Lebih Tua dari Borobudur dan Prambanan

Puncak gunung tersebut terlihat berwarna keemasan di sore hari, menambah keindahan pemandangan.

Kemudian di salah satu sisi Gunung gajah Mungkur terdapat batu-batu besar yang dipahat membentuk pola-pola, termasuk relief yang mirip dengan sulur, serta angka tahun atau inskripsi yang tampak aus.

Pahatan ini mencakup huruf Jawa kuno. Selain itu, ada dua relief gajah yang dipahat di batu—gajah-gajah ini tampaknya menjaga suatu ruangan di atasnya.

BACA JUGA:Sejarah Pulau Kalimantan dan Asal Usul Sebutan Borneo yang Lebih Dikenal Di Luar Negeri

Bagian atas dari bangunan ini adalah Yoni, dan uniknya, Yoni di sini tidak memiliki lubang di tengahnya, yang biasanya ada untuk tempat Lingga.

Hal ini mungkin menunjukkan bahwa tempat ini digunakan untuk ibadah oleh kaum wanita atau untuk tujuan lain.

Ditemukan juga fragmen terakota yang kemungkinan merupakan ornamen tiang dari bangunan yang dulu ada di sini. Ada beberapa pahatan yang menunjukkan tulisan atau gambar, mungkin berasal dari zaman setelah kerajaan.

BACA JUGA:Sejarah Pulau Kalimantan dan Asal Usul Sebutan Borneo yang Lebih Dikenal Di Luar Negeri

Terakhir, batu-batu besar yang tidak berbentuk ini mungkin dulunya adalah bagian dari struktur yang lebih besar. Gempa atau bencana mungkin telah meruntuhkan batu-batu ini sehingga berada di posisi saat ini. (**)

Tag
Share