Sungai Tigris Mengering, Berbagai Peninggalan Sejarah Ditemukan, Diantaranya Kota Tua Bukti Kejayaan Masa Lalu

KOTA: Penampakan kota tua yang muncul setelah sungai tigris mengering-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

radarselatan.bacakoran.co - Musim panas di Timur Tengah menyebabkan beberapa sungai di daerah itu menjadi kekeringan. Salah satunya adalah sungai Tigris.

Menyusutnya air sungai Tigris ini mengungkap berbagai peninggalan zaman dahulu. Peninggalan peninggalan ini membuktikan peradaban dan kejayaan manusia masa lalu.

BACA JUGA:Unik Desa Ini Terapung Di Atas Danau, Umurnya Sudah Ratusan Tahun, Dihuni Ribuan Orang

Seperti yang terjadi pada tahun 2018 ketika sebuah kota kuno yang dibangun oleh sebuah kerajaan misterius di Sungai Tigris terungkap setelah air surut.

Para arkeolog segera menuju lokasi untuk menggali situs bersejarah ini dan mendapatkan wawasan lebih dalam tentang sejarahnya.

Kota yang ditemukan diperkirakan berusia lebih dari 3.000 tahun, didirikan pada zaman perunggu dan tenggelam sepenuhnya pada tahun 1980-an ketika bendungan dibangun di atasnya.

BACA JUGA:Sejarah Candi Borobudur Di Indonesia, Memang Luar Biasa

Kota ini pernah menjadi pusat perdagangan yang penting bagi Kekaisaran Mitanni, terletak di jalur perdagangan populer dan memanfaatkan keberadaan air yang sangat berharga di daerah tersebut.

Meskipun pengetahuan tentang Kekaisaran Mitanni masih terbatas karena kurangnya catatan tertulis, penemuan istana penguasa lokal dan beberapa benteng pelindung menambah pemahaman kita tentang kota tersebut.

BACA JUGA:Legenda Gunung Api Purba Sunda, Letusannya Menyebabkan Bandung MenTerendam, Seperti Ini Sejarahnya

Temuan paling signifikan adalah sebuah gudang umum yang besar, penuh dengan barang perdagangan dan hasil panen seperti gandum, jelai, logam, dan kayu impor.

Makanan pokok penduduk setempat meliputi roti, sup sayuran, dan semur. Setiap rumah tangga memelihara domba, kambing, sapi, dan babi, menyediakan susu dan daging untuk acara khusus.

Bangunan di kota ini, sebagian besar terbuat dari batu bata lumpur, terjaga dengan baik meskipun berada di bawah air selama lebih dari 40 tahun.

BACA JUGA:Sejarah Pulau Kalimantan dan Asal Usul Sebutan Borneo yang Lebih Dikenal Di Luar Negeri

Istana kerajaan menonjol dengan ukuran yang lebih besar dan dinding yang lebih tebal, serta trotoar yang terbuat dari batu bata yang tahan air. Hal ini menunjukkan hubungan baik antara raja lokal dan kekaisaran yang lebih besar.

Para pedagang membawa kayu dari hutan di pegunungan utara dan timur Mesopotamia ke kota ini, menjadikannya sebagai pusat perdagangan yang berkembang pesat selama sekitar 600 tahun hingga mengalami gempa bumi dahsyat pada tahun 1350.

BACA JUGA:Sejarah Pulau Sumba dan Asal Usul Penduduknya, Disebut Keturunan Bangsa Asing

Arkeolog menemukan lima bejana keramik yang menyimpan lebih dari 100 tablet tanah liat, sebagian besar bertahan dalam kondisi basah selama beberapa dekade.

Tablet-tablet ini mencatat hasil panen, catatan kerajaan, dan pesan untuk kerajaan lain.

Setelah gempa bumi, kerusakan parah membuat pemulihan kota tidak mungkin, dan penduduknya kemungkinan meninggalkan tempat tersebut.

Beberapa dekade kemudian, bangsa Asyur mendirikan pemukiman baru di atas reruntuhan, menggunakan bangunan lama sebagai bagian dari dinding luar.

BACA JUGA:Negeri Seribu Candi di Myanmar, Sempat Dihuni 3.000 Biara, Seperti Ini Jejak Sejarahnya

Namun, mereka hanya tinggal di sana selama 50 tahun sebelum pindah ke lokasi yang lebih subur untuk bertani.

Saat ini, para arkeolog yang menggali situs tersebut harus menghentikan pekerjaan ketika air kembali naik dan menutupi kota.

Mereka menutup reruntuhan dengan lembaran plastik dan menambah batu dan kerikil di atasnya untuk melindungi situs dari erosi.

Jika air surut lagi, mereka berencana untuk melanjutkan penggalian.

BACA JUGA:Jangan Lupakan Sejarah dan Budaya Daerah, Sekolah Diwajibkan Pelajari Kesenian Daerah

Di tempat lain, di gurun Taklamakan di Tiongkok, arkeolog menggali delapan makam berusia sekitar 1600 tahun di sepanjang Sungai Nia.

Makam-makam ini, yang ditemukan setelah 3 tahun penggalian, berisi artefak yang hampir seperti baru, termasuk busur, anak panah, perhiasan, dan sutra berwarna cerah. Sutra-sutra ini memiliki aksara Tiongkok yang membantu mengidentifikasi periode pembuatannya.

Selain makam, arkeolog menemukan situs pemukiman besar dan sisa tiga bangunan yang hancur. Penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk memahami mengapa kota ini runtuh dan apa yang terjadi pada penduduknya.

BACA JUGA:Mengupas Keunikan dan Sejarah Kota Solok, Kota Kecil di Sumatera Barat yang Berjuluk Kota Beras

Di dekat Riyadh, Arab Saudi, arkeolog Prancis dan Saudi menemukan pemukiman kuno berusia 8.000 tahun. Menggunakan teknologi canggih seperti pemindaian laser, drone, dan fotografi udara, mereka menemukan kuil batu, altar, dan lebih dari 2.000 kuburan.

Temuan ini memberikan wawasan tentang praktik dan ritual kuno, serta sistem irigasi yang memungkinkan kota berkembang di salah satu gurun paling kering di dunia.

Terakhir, para arkeolog dan ahli paleontologi Inggris dan Belanda menemukan artefak kuno berusia 9.000 tahun di dasar laut utara, termasuk jejak kaki dari orang-orang Mesolitikum.

BACA JUGA:Puluhan Ton Emas Tertimbun di Laut Aceh, Belum Ditemukan Hingga Kini, Seperti Ini Sejarahnya

Temuan ini membantu menggambarkan Doggerland, sebuah daratan yang menghubungkan Britania dengan Eropa sebelum tenggelam akibat kenaikan permukaan laut.

Para ahli sedang menyusun model digital dan menganalisis sampel untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang wilayah yang hilang ini. (**)

Tag
Share