Desa Di Atas Awan, Surga Tersembunyi di Nusa Tenggara Timur, Wae Rebo Namanya

PEMUKIMAN: Pemukiman penduduk wae rebo-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

radarselatan.bacakoran.co - Desa Wae Rebo merupakan salah satu desa yang berlokasi di dataran tinggi. Sampai sampai pemukiman penduduk ini mendapat julukan desa di atas awan.

Desa yang berada di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia ini terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut.

Desa ini merupakan contoh luar biasa dari keindahan alam yang berpadu dengan kesederhanaan pedesaan, menawarkan panorama menakjubkan yang seolah-olah menggapai awan.

BACA JUGA:Cina Sulap Perbukitan Jadi Lahan Sawah, Luasnya Ratusan Ribu Hektar, Bentuknya Indah Seperti Tangga Ke Surga

Wae Rebo adalah salah satu desa tertinggi di Indonesia yang masih terjaga keasriannya, jauh dari polusi dan hiruk-pikuk perkotaan.

Desa ini dikelilingi hamparan bukit hijau yang sering diselimuti kabut tipis, menambah pesona dan keindahan alamnya.

Sejak 2012, Wae Rebo telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, mengalahkan 42 negara lainnya.
Desa ini telah ada sejak 1.200 tahun lalu dan merupakan rumah bagi etnis Hani, keturunan Minang dari Sumatera Barat, yang bermigrasi ke Flores dan menetap di sini.

BACA JUGA:Surga Tersembunyi Di Hutan Sibolangit Sumatera Utara, Ada Air Terjun Dua Warna

Meskipun keturunan Minang, nama-nama penduduk Wae Rebo tidak mengikuti pola nama Minang pada umumnya.

Salah satu daya tarik utama desa ini adalah rumah adatnya yang unik, yang dikenal dengan nama Mbaru Niang.
Rumah-rumah ini berbentuk kerucut dengan atap dari daun lontar yang hampir menyentuh tanah.

Struktur rumah ini terbuat dari kayu worok dan bambu, dibangun tanpa menggunakan paku, melainkan diikat dengan tali rotan.

Mbaru Niang memiliki lima tingkat yang masing-masing memiliki fungsi berbeda, tingkat pertama adalah tempat tinggal dan berkumpul keluarga, tingkat kedua adalah loteng (Lobo) untuk menyimpan bahan makanan, tingkat ketiga (Lontar) untuk menyimpan benih tanaman pangan.

BACA JUGA:Mengupas Keunikan dan Keindahan Pulau Enggano, Pulau Terluar Bengkulu Yang Layak Disebut Kepingan Surga

Kemudian tingkat keempat (Lempar) untuk stok pangan darurat, dan tingkat kelima adalah tempat sesajian untuk persembahan kepada leluhur. Setiap Mbaru Niang dihuni oleh 6-8 keluarga.

Makanan pokok di desa ini adalah singkong dan jagung, dengan mata pencaharian utama berupa pertanian, seperti menanam kopi, cengkeh, dan umbi-umbian.

Perempuan di Wae Rebo juga berperan aktif dalam kegiatan rumah tangga, termasuk memasak, mengasuh anak, menenun, serta membantu kaum pria di kebun.

BACA JUGA:10 Tempat Wisata Populer Di Indonesia, Indah dan Unik, Bak Kepingan Surga di Bumi

Desa ini mengandalkan mata air dari pegunungan untuk kebutuhan air bersih dan upacara adat. Karena lokasinya yang terpencil, Wae Rebo belum terjangkau oleh jaringan listrik dan masih menggunakan lampu tradisional sebagai pencahayaan malam hari.

Untuk mencapai Wae Rebo, pengunjung harus melalui perjalanan panjang dan melelahkan.

Dari Jakarta harus terbang ke Labuan Bajo selama sekitar 3 jam, dilanjutkan dengan perjalanan darat sekitar 3 jam ke Dengei.

BACA JUGA:Surga Terpencil di Bengkulu, Memiliki Alam yang Indah dan Potensi Besar, Ini Nama Daerahnya

Dari Dengei, perjalanan dilanjutkan dengan pendakian selama 3 hingga 4 jam melewati hutan lebat dan disisi jalan banyak terdapat jurang dalam.

Meskipun terletak jauh dari keramaian dan sulit dijangkau, Wae Rebo menjadi salah satu destinasi wisata populer di Nusa Tenggara Timur, terutama di kalangan wisatawan asing, terutama dari Eropa.

Arsitektur dan keindahan desa ini menarik banyak orang untuk menempuh perjalanan panjang dan melelahkan hanya untuk mengunjunginya. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan