Tanpa Transportasi Laut, Harga Jual Hasil Bumi di Pulau Enggano Anjlok Drastis
Pimpinan kepala suku di Enggano, Milson Kaitora-Istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co, BENGKULU - Harga jual hasil bumi di Pulau Enggano anjlok drastis akibat belum adanya transportasi laut sejak Maret 2025.
Ratusan petani pun kini memilih tidak memanen hasil kebun mereka. Pimpinan kepala suku di Enggano, Milson Kaitora mengatakan, harga satu tandan pisang kini hanya dihargai Rp20 ribu, sementara biaya tebang Rp15 ribu.
BACA JUGA:Bupati Apresiasi Lomba Gaple Kambtibmas yang Digagas Kapolres Bengkulu Selatan
"Jadi buat apa dipanen, kalau rugi juga," katanya, Jumat (20/6/2025).
Milson mengatakan beberapa tauke pisang yang bermodal besar menggunakan jasa sewa kapal nelayan untuk menjemput hasil panen mereka.
Namun karena kapal kapasitas angkutnya terbatas, jadi tidak bisa menampung hasil bumi seluruh petani. Hanya beberapa petani yang memang sudah memiliki langganan pembeli tetap di Bengkulu.
BACA JUGA:Sampah Menumpuk di RSHD Manna Akhirnya Dibersihkan
"Jadi kalau yang tak punya relasi tauke, terpaksa pisangnya dibiarkan busuk di pohon," kata Milson.
Di Pulau Enggano, hasil pertanian memang menjadi andalan pendapatan dari seluruh warga. Mulai dari Pisang, kakau, pinang, daun pisang, jantung pisang, dan lainnya. Termasuk ikan-ikan jenis tertentu yang menjadi komoditi ekspor.
BACA JUGA:Ratusan Ribu Pengunjung Ditargetkan Kunjungi Festival Tabut
Namun, sejak tidak ada kapal yang membawa hasil bumi dan laut ini keluar pulau. Krisis uang juga melanda warga Enggano.
"Di warung besar, biasanya omzetnya sampai Rp10 juta, kini cuma setengah saja. Karena tidak ada yang belanja," kata Wilson.
BACA JUGA:Tenaga Honorer Seluma Ancam Gelar Aksi Demo
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Wilayah Bengkulu Fahmi Arisandi, menyesalkan sikap tidak pedulinya pemerintah daerah di Bengkulu akan situasi krisis yang kini melanda Pulau Enggano.