Padi Rojolele Srinuk, Produksi Tinggi, Soal Rasa Tak Tertandingi

Penampakan tanaman padi rojolele-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

RadarSelatan.bacakoran.co - Padi varietas Rojolele Srinuk merupakan pengembangan dari varietas Rojolele asal Belenggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Padi varietas baru ini memiliki umur yang lebih pendek namun kualitas dan rasanya tetap terjaga, bahkan diyakini lebih baik.

Padi varietas Rojolele Srinuk yang ditanam di Klaten ini sudah memasuki masa panen.

BACA JUGA:Padi Ciherang Tumbuh Subur Di Bengkulu Selatan, Hasil Panen Perhektar 6 Ton Lebih

Data yang diperoleh dari hasil ubinan menunjukkan bahwa produksi padi ini cukup tinggi. Jika dirata ratakan padi ini bisa menghasilkan gabah kering giling kisaran 7 ton per hektar.

Padi ini bisa dipanen setelah berumur 107 hari.

Untuk sistem budidaya, penanaman padi dilakukan dengan pola Jajar Legowo 2:1, dengan jarak tanam 20 cm x 10 cm x 40 cm.

Benih disemai terlebih dahulu hingga berumur 15 hari, yang dianggap sebagai bibit muda terbaik.

BACA JUGA:3 Langkah Yang Harus Dilakukan Oleh Petani Agar Padi Cepat Panen dan Matang Serempak

Pupuk yang diberikan juga cukup lengkap, yakni pupuk kompos, Urea, SP36, dan pupuk organik cair yang dibuat sendiri dengan dosis yang tepat.

Namun, selama proses budidaya, ada beberapa kendala biasanya dialami petani. Salah satunya adalah genangan air pada tanaman yang berumur tujuh hari setelah tanam, yang dapat menghambat pertumbuhannya.

Selain itu, juga terdapat hama keong yang mengurangi populasi tanaman, terutama pada saat tanaman muda.

Penyakit seperti kresek atau glass juga menyerang daun padi, yang disebabkan oleh kelembaban tinggi di musim hujan.

BACA JUGA:Padi GHG 02 Umur Genjah, Hasil Melimpah, Lebih Unggul Dari Inpari 32

Meski demikian, budidaya ini dilakukan tanpa menggunakan pestisida kimia, dengan harapan menghasilkan padi yang sehat dan kualitas tinggi. Ke depannya, petani berencana untuk beralih ke budidaya padi organik.

Padi varietas Rojolele Srinuk ini pertama kali dikembangkan sejak 2013 atas permintaan Pemerintah Kabupaten Klaten kepada Batan untuk memperbaiki varietas Rojolele yang sangat digemari masyarakat, tetapi memiliki kelemahan, seperti umur panjang (155 hari) dan tanaman yang tinggi, yang rentan rebah.

BACA JUGA:4 Padi Lokal Indonesia Bisa Mengalahkan Padi Is Nuklir Impor Dari Malaysia

Proses perbaikan dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar gamma pada dosis 200 Gray, yang memakan waktu cukup lama dan melalui berbagai tahap uji dari Kementerian Pertanian.

Setelah enam tahun riset, dihasilkan varietas baru yaitu Rojolele Srinuk dan Rojolele Shriner, yang lebih unggul.

Keunggulan utama dari varietas baru ini adalah umur yang lebih pendek, yakni kurang dari 120 hari (bahkan hanya 107 hari di pertanaman ini), serta tanaman yang lebih pendek (hanya 105 cm), mengurangi risiko rebah.

BACA JUGA:Benih Padi Malai Panjang Terbaru Cocok Ditanam Pada Musim Hujan

Selain itu, ketahanan terhadap hama dan penyakit lebih baik, dengan potensi hasil yang mencapai 9 ton per hektar, lebih tinggi dibandingkan dengan induknya yang hanya menghasilkan sekitar 7 ton per hektar.

Keunggulan lainnya adalah kualitas beras yang tetap terjaga, bahkan diyakini lebih enak dan aromanya lebih harum dibandingkan varietas Rojolele lama. (**)

Tag
Share