Penting Untuk Diketahui, Ini Penyebab dan Gejala Monkeypox atau Cacar Monyet
Penting untuk mengetahui penyebab monkeypox atau cacar monyet agar kamu waspada terhadap penyakit ini-IST-halodoc.com
RadarSelatan.bacakoran.co - Cacar monyet adalah penyakit zoonosis yang jarang terjadi dan disebabkan oleh infeksi Monkeypox virus. Virus ini termasuk dalam genus Orthopoxvirus, yang berada dalam keluarga Poxviridae.
Penyakit ini pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan setelah terjadi wabah pada monyet yang digunakan dalam penelitian laboratorium.
Karena asal-usulnya yang berhubungan dengan primata, penyakit ini kemudian dikenal dengan sebutan cacar monyet.
Namun, monyet bukan satu-satunya hewan yang dapat menjadi sumber infeksi. Beberapa jenis hewan pengerat, seperti tikus dan tupai, juga dapat terinfeksi Monkeypox virus dan berperan dalam penyebarannya kepada manusia.
Selain melalui hewan, penyakit ini juga dapat menular dari manusia ke manusia, meskipun tingkat penularannya lebih rendah dibandingkan dengan penyebaran dari hewan ke manusia.
BACA JUGA:Perwakilan OPD Bakal Hadiri Pelantikan Bupati-Wabup Seluma
BACA JUGA:Bukan Bengkulu, Ini Dua Daerah Penghasil Emas Terbesar di Pulau Sumatera, Cadangan Emasnya Melimpah
Penyebaran antar manusia biasanya terjadi melalui kontak langsung dengan lesi kulit, cairan tubuh, droplet pernapasan, atau benda yang terkontaminasi virus.
Gejala cacar monyet memiliki kemiripan dengan cacar air, tetapi umumnya lebih ringan dibandingkan dengan penyakit cacar lainnya. Tanda-tanda infeksi mulai muncul dalam rentang waktu 5 hingga 21 hari setelah terpapar virus.
1. Periode Prodromal (Fase Awal)
Fase prodromal merupakan tahap awal infeksi, sebelum ruam atau lesi kulit mulai muncul. Gejala pada tahap ini menyerupai infeksi virus lain, seperti flu atau cacar air.
Biasanya, fase ini berlangsung antara 1 hingga 5 hari, setelah melewati masa inkubasi sekitar 5–21 hari (rata-rata 6–13 hari). Beberapa gejala khas pada fase prodromal meliputi:
BACA JUGA:Penentuan DTKS Kewenangan Pemdes, Masyarakat Diminta Tak Keliru Pahami Aturan
BACA JUGA:Meski Ujian Nasional Tak Lagi Dilaksanakan, DNS Siswa Tetap Diperlukan
Demam tinggi (lebih dari 38,5°C), yang merupakan salah satu tanda awal yang hampir selalu muncul.
Sakit kepala hebat, akibat peradangan sistemik yang dipicu oleh virus.
Nyeri otot (myalgia) dan nyeri sendi (arthralgia), sebagai bagian dari respons imun tubuh terhadap infeksi.
Lemah, lesu, dan kelelahan ekstrem, yang membuat pengidap merasa tidak bertenaga.
Limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), yang menjadi ciri khas cacar monyet dan tidak terjadi pada cacar air. Pembengkakan ini biasanya muncul di leher, ketiak, dan selangkangan.
BACA JUGA:4 Gunung Berapi Paling Barbahaya di Indonesia, Namun Paling Ramai Didaki, Ini Daftarnya
BACA JUGA:Hari Pers Nasional 2025: Raja Pane dan Kesuksesan HPN 2025 di Kalimantan Selatan
Menggigil dan berkeringat berlebihan, sebagai reaksi tubuh terhadap kenaikan suhu akibat infeksi.
Sakit punggung dan nyeri tulang, yang disebabkan oleh peradangan sistemik.
Mual dan muntah (terjadi pada beberapa kasus), akibat respons tubuh terhadap virus.
Selama fase ini, virus mulai menyebar ke seluruh tubuh, menginfeksi jaringan dan organ-organ tertentu. Sistem imun mulai melawan virus, sehingga menimbulkan demam dan peradangan sebagai mekanisme pertahanan tubuh.
2. Periode Erupsi Kulit (Munculnya Ruam)
Fase erupsi kulit dimulai sekitar 1 hingga 4 hari setelah fase prodromal. Periode ini ditandai dengan munculnya ruam khas cacar monyet, yang berkembang dalam beberapa tahap. Umumnya, fase ini berlangsung selama 2–4 minggu.
BACA JUGA:Simulasi Kredit Termurah Yamaha Nmax Turbo/Neo 2025
BACA JUGA:Mobil Hatchback Bekas Irit, Lincah, Nyaman! Harga Rp 50 Jutaan
Tahapan Perkembangan Ruam:
* Makula (Lesi Datar)
* Bercak kemerahan pertama kali muncul di wajah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lain.
* Papula (Lesi Menonjol)
* Ruam berkembang menjadi benjolan kecil yang mulai menonjol di permukaan kulit.
* Vesikel (Lesi Berisi Cairan Jernih)
* Benjolan berubah menjadi lepuhan berisi cairan bening, menyerupai cacar air.
* Pustula (Lesi Berisi Nanah)
* Cairan dalam lepuhan berubah menjadi nanah, membuat lesi tampak lebih besar dan lebih menyakitkan.
* Keropeng (Krustasi/Scabbing)
* Setelah beberapa hari, lesi mulai mengering dan membentuk keropeng. Setelah sembuh, keropeng akan rontok, namun bisa meninggalkan bekas luka permanen pada beberapa kasus.
BACA JUGA:6 Tips Investasi Emas Agar Untung dan Bebas dari Kerugian