Tahun Baru Segera Dihadapi, Mari Utamakan Kehidupan Akhirat di Atas Kehidupan Dunia
Tahun Baru Segera Dihadapi Mari Utamakan Kehidupan Akhirat di Atas Kehidupan Dunia-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
OLEH : Ustaz Salimudin, M.Pd
Puji dan syukur mari kita ucapkan pada Allah yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan pada kita semua. Pada kesempatan ini, sudah menjadi kewajiban pada kami selalu khatib, untuk mengajak kita semua, khususnya diri khatib pribadi,
agar senantiasa meningkatkan sekaligus mempertahankan rasa iman dan ketakwaan pada Allah. Hanya iman dan takwa hidup akan bahagia dunia dan akhirat.
Hadirin rahimakumullah. Ada pemandangan yang hampir selalu kita temui tiap momen pergantian tahun, yakni banyak orang-orang larut dalam suka cita hingga kadang merasa perlu untuk merayakannya dengan kegiatan-kegiatan khusus. Tahun baru seolah menjadi saat-saat yang paling dinanti.
Di detik-detik pergantiannya pun nyaris tiap orang rela berjaga, lalu meluapkan rasa bahagia dengan aneka petasan, kembang api, atau sejenisnya, ketika saat-saat yang ditunggu itu tiba. Bahagia terhadap momen-momen tertentu merupakan sesuatu yang sangat manusiawi
Begitu pula dalam momen pergantian tahun ini. Yang menjadi pertanyaan, sudah pada tempatnyakah kebahagiaan itu diekspresikan?
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah. Waktu adalah sebuah anugerah. Manusia menerima kesempatan di dunia untuk mencapai tujuan-tujuan akhirat.
Sebagaimana Islam ajarkan bahwa kehidupan dunia adalah ladang yang mesti digarap serius untuk masa panen di akhirat kelak.
Karena itu sifat waktu dunia adalah sementara, sedangkan sifat waktu di akhirat adalah kekal abadi.
Islam mengutamakan kehidupan akhirat di atas kehidupan dunia. Dua kehidupan tersebut dikontraskan sebagai dua jenis waktu yang sejati dan tidak sejati. Al-Qur’an melukiskan kehidupan dunia dengan istilah “tempat permainan” belaka.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui (QS al-Ankabut: 64).
Kalimat “kehidupan dunia ini merupakan senda gurau dan main-main” bukan berarti kita dianjurkan untuk berbuat seenaknya di dunia ini layaknya sebuah permainan.
Redaksi tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa kehidupan dunia ini tidak sejati, tidak kekal, dan penuh dengan tipuan.