radarselatan.bacakoran.co - Walaupun pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) sudah resmi menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras mulai 3 April 2024 hingga 30 Juni 2024.
Namun petani di sejumlah daerah di pulau Sumatera masih banyak yang memilih menanam jagung.
Penyebabnya, petani merasa harga ganah masih belum sesuai walaupun pemerintah sudah menaikkan harganya.
Penyebab lainnya, minimnya sarana irigasi di beberapa hamparan sawah petani. Sehingga lahan petani sering kekeringan.
BACA JUGA:Mahasiswa Kecewa, Permohonan Penelitian Ditolak Bank BUMN Di Kota Manna
Seperti di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Di dua kabupaten itu ratusan hektar sawah yang sebelumnya aktif ditanami padi oleh petani, kini sudah rutin ditanam jagung.
Alasan lainnya, petani mengaku pemeliharaan jagung jauh lebih murah dari pada pemeliharaan tanaman padi.
Untuk menanam padi, petani harus memastikan pasokan air selalu stabil sesuai kebutuhan tanaman.
Kemudian pengelolaan lahan lebih berat, karena lahan harus ditracktor.
BACA JUGA:Polda Bengkulu Amankan Tersangka Perambahan Hutan dan 1 Unit Buldozer
Kemudian pemeliharaannya juga lebih ribet dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Sedangkan tanaman jagung, pengelolaan lahan lebih ringan. Lahan tidak perlu ditrakctor.
Setelah batang sisa tanaman jagung musim sebelumnya dibersihkan, petani bisa langsung menanam jagung yang baru.
Kemudian pemeliharaannya tidak sulit, setelah ditanam jagung dibiarkan hingga masuk usia pemberian pupuk.
Kemudian dilakukan satu kali penyemprotan gulma atau tumbuhan pengganggu. Setelah itu tinggal menunggu masa panen.
BACA JUGA:Gaji Bulan Juni Belum Diterima, Pencairan TPG Tertunda, Ribuan Guru Meradang
"Jika dihitung secara keseluruhan, hasil yang didapat menanam jagung dan padi itu jauh perbedaannya. Tetap lebih menguntungkan menanam jagung," kata Mansur petani di Desa Pulau Panggung Kecamatan Luas Kabupaten Kaur.
Dijelaskan Mansur, sebelumnya petani di daerah itu rutin menanam padi. Untuk mengairi sawah, petani gotong royong membuat bendungan darurat menggunakan batu sungai.
Biasanya untuk membuat bendungan itu menghabiskan waktu satu hingga dua minggu.
BACA JUGA:Sukseskan Program Pengentasan RTLH, Bengkulu Selatan Kerjasama dengan TNI
Saat air sungai meluap, sudah dipastikan bendungan rusak, petani harus memperbaiki kembali bendungan tersebut agar air bisa mengalir kembali ke sawah.
Jika menanam jagung petani tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaga memperbaiki bendungan.
Dia menambahkan, di Kecamatan Luas saja dipastikan hampir ratusan hektar sawah yang sebelumnya ditanami padi kini sudah rutin ditanami jagung.
Setiap musim panen ratusan ton jagung diproduksi dari kecamatan luas. (**)