radarselatan.bacakoran.co, BENGKULU - Kanopi Hijau Indonesia meluncurkan film pendek pendek berjudul "Perlawanan Lintas Generasi".
Film ini menceritakan Kisah perjuangan Jalalludin dan Reza Yuliana, tokoh masyarakat yang terkena dampak kerusakan lingkungan.
Jalaudin dan Reza Yuliana menceritakan perjuangan mereka bersama warga lainnya menolak keberadaan PLTU Batu Bara.
BACA JUGA:Pedangdut Dari Jakarta Liona Beibby Manggung di Kaur, Ini Jadwalnya
Perjuangan Jalalludin (75), warga Kelurahan Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu dimulai pada tahun 2017, sejak ia mendengar akan ada PLTU berbahan bakar batubara didirikan di Teluk Sepang.
"Kami adalah korban yang pertama kali menerima dampak kerusakan lingkungan akibat polusi batubara dan PLTU. Kami menolak dan menuntut PLTU Batubara Teluk Sepang harus ditutup!" kata Jalaludin dalam film tersebut.
Jalalludin telah berpulang, tepatnya tanggal 27 Februari 2024, setelah mengalami sesak nafas lebih kurang 2 minggu.
BACA JUGA:Amankan Lingkungan, Polisi Imbau Aktifkan Poskamling
Di wilayah lain Reza Yuliana atau Ejak (17) warga Desa Muara Maung Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan juga aktif dalam Yayasan Anak Padi yang berupaya menyelamatkan Sungai Kungkilan yang kondisinya hancur akibat aktivitas pertambangan batu bara.
"Kebun, sawah, kolam dan rumah terendam lumpur berbau. Langsat mati, padi mati, ikan hanyut dan rumah terendam lumpur," kata Ejak.
Sementara itu, Penggiat Film Bengkulu, Rafflesia Motions Films, Robby Fachrul Rozi, mengatakan, ‘Film Perlawanan Lintas Generasi ini sangat bagus untuk ditonton.
BACA JUGA:Harga terbaru TBS Kelapa Sawit Per 1 Juni 2024, Naik Rp 50 Perkilogram, Petani Kembali Bergairah
"Film ini membuka sebuah realita kehidupan yang ada di masyarakat, dampak negatif pertambangan batu bara, PLTU khususnya untuk masyarakat sekitar kawasan," kata Robby.
Ketua Kanopi Hijau Indonesia berkata, Ali Akbar mengatakan, ketika pertambangan batubara melepaskan debu yang sangat banyak menghujani orang tua, sementara pada bagian hilir PLTU batubara melepaskan abu, sementara mereka juga melepaskan senyawa kimia seperti nitrogen oksida dan sulfur dioksida. Itu semua merupakan biang dari penyakit pernapasan.
BACA JUGA:SK Pemberhentian Kades Dusun Baru Terbit, Tugas Diambil Alih Sekdes
"Kelompok rentan yakni anak-anak juga terkena penyakit kulit yang mewabah. Ini tidak hanya terjadi di Bengkulu dan Sumatera Selatan, tapi juga terjadi di Sumatera Utara, Jambi, dan beberapa wilayah lain," kata Ali. (cia)