radarselatan.bacakoran.co - KOTA MANNA, Bidang Pengembangan Sumberdaya dan Infrastuktur (PSI) Bappeda-Litbang Bengkulu Selatan optimis rencana pengembangan kawasan perdesaan food estate berbasis korporasi petani di wilayah Kecamatan Kedurang Kabupten Bengkulu Selatan tahun 2026-2030 dapat benar-benar teralisasi.
Ada beberapa desa kawasan yang akan dilakukan pengembangan food estate yakni Nanti Agung, Palak Siring, Karang Agung, Rantau Sialang, Lubuk Resam dan Batu Ampar.
BACA JUGA:Material Longsor Ancam Jalan Lintas Tanjung Aur-Manna
"Program ini untuk mengoptimalkan lahan pertanian yang ada bukannya membuka lahan baru, nanti hasil identifikasi potensi desa diusulkan ke pusat terkait potensi pertanian maupun potensi wisata di masing-masing desa, melalui kementerian lembaga terkait seperti bidang pertanian ke Kementan RI,
bidang pariwisata ke Kementetian pariwisata, dengan harapan ada dukungan kucuran dana aloksi khusus (DAK), mengalir untuk Bengkulu Selatan," kata Kabid Bidang PSI Bapeda Litbang BS, Dwi Prian Dona, ME.
Dikatakan Dwi, food estate merupakan program pengembangan kawasan pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan korporasi dibangun di food estate diharapkan diisi oleh para pengusaha dan petani lokal.
BACA JUGA:Soal Tambang Emas, Dewan Minta Pemkab Seluma Perhatikan Dampak Lingkungan
Selama ini kata Dwi, faktor penyebab kegagalan food estate antara lain kurangnya perencanaan konsep pembangunan yang matang, masalah kepemilikan lahan yang menimbulkan konflik antara masyarakat dan pemerintah.
"Membangun korporasi adalah mengubah pola pikir petani yakni menjadikan petani sebagai pengusaha dan pebisnis. Karena itu organisasi petani tidak lagi sekedar dalam bentuk kelompok tani atau gabungan kelompok tani, tapi menjadi korporasi dan dilibatkan," jelas Dwi.
BACA JUGA:Tumpahan CPO Mengancam Keselamatan Pengendara di Kaur
Ia menambahkan dalam korporasi petani nantinya, bahwa tujuan korporasi petani adalah membentuk dan mengembangkan entitas bisnis petani sebagai perusahaan milik petani,
“Modernisasi manajemen usaha pertanian, dan perubahan model usaha petani. Sementara dalam korporasi itu, petani lah yang menentukan arah dan tujuan usaha mereka berbasis potensi lokal setempat," pungkasnya. (one)