HUJAN mengguyur Desa IV Suku Menanti, Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong sore itu. Supriadi, dibantu istrinya, sibuk menyuguhkan kopi, bersama jagung, ubi dan kacang rebus, kepada para tamu yang mengunjungi usaha kopinya yang diberi nama Kopi Lestari. Senyum Supriadi Cerah. Kopi besutannya, berhasil menjadi terbaik kedua dalam pameran World of Coffee yang berlangsung di Jakarta ada 15 - 17 Mei 2025.
LAPORAN; Lisa Rosari
"Saya membawa dua sampel, dapat penghargaan menjadi kedua terbaik," cerita Supriadi.
Dalam pameran kopi itu, Supriadi membawa sampel kopi Robusta, varietas Sehasen dan Sintaro dan berhasil meraih skor masing - masing 82,43 dan 82,85. Kopi Supriadi mengalahkan sejumlah kopi berkualitas dari seluruh Indonesia. Penghargaan itu menjadi tiket baginya untuk menjual kopi robusta ke pasar Internasional. Kopi miliknya kini dihargai Rp100 ribu per kilogram. Bahkan ia dikontrak untuk ekspor kopi sebanyak 5 ton per bulan.
BACA JUGA:Bupati Rifai Tajudin Akan Merangkul Semua Partai Politik
BACA JUGA:40 Persen Koperasi Merah Putih di Bengkulu Sudah berbadan Hukum
"Saya mengembangkan satu kebun itu hanya varietas Sintaro, karena nilainya selalu tinggi dan untuk memenuhi pasar," katanya.
Perjuangan Supriadi hingga bisa menembus pasar internasional penuh jalan yang terjal. Sebelumnya ia hanya kuli bangunan dan tinggal di rumah dinding bambu. Namun melihat peluang produksi kopi di desa, membuat keinginannya untuk membuat bubuk kopi menguat. Tahun 2012, ia memulai usahanya. Ia mulai membeli alat roasting kopi seharga Rp6 juta. Selama empat bulan penjualan kopinya tidak laku. Ia bahkan harus menitipkan kopi ke warung - warung.
BACA JUGA:Peringati Harganas, Gelar Pelayanan KB Serentak
BACA JUGA:Matangkan Data DAU, Langkah Startegis Menuju Anggaran Lebih Akurat
Sempat putus asa, Supriyadi memulai lagi, dengan dukungan istri dan orang tuanya. Setelah sempat jatuh bangun, Supriyadi akhirnya bertemu Bank Indonesia yang memberinya pembinaan, mulai dari membantu model pengemasan, promosi hingga pemasaran digital. Bank Indonesia juga memberikan bantuan berupa mesin untuk mengolah kopi.
"Beruntung saya bertemu orang baik, Bank Indonesia membantu saya sampai masuk ke pasar dunia. Kalau tidak mungkin saya masih menggoreng kopi," katanya.
Kabupaten Rejang Lebong menjadi salah satu wilayah penghasil kopi robusta di Provinsi Bengkulu. Hasil panen kopi Bengkulu melimpah. Berdasarkan data statistik tahun 2023, produksi kopi Bengkulu mencapai 90.000 ton per tahun, berkontribusi sekitar 7,72% terhadap total produksi kopi nasional.
BACA JUGA:Bupati Dorong Kuliner Lokal Bisa Terkenal Luas
BACA JUGA:Wilayah Ulu Talo Akan Dibangun Kota Baru
Luas tanaman kopi robusta di kabupaten Rejang Lebong mencapai 29.854 ha. Untuk produksinya mencapai 750 kg pertahun. Namun sayangnya, hasil panen kopi tersebut banyak dijual ke Provinsi tetangga, seperti Lampung. Hal tersebut disebabkan beberapa alasan yakni keterbatasan promosi dan juga akses permodalan.
UMKM Naik Kelas
Bank Indonesia berkomitmen untuk mendampingi pelaku Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) di Bengkulu agar bisa naik kelas. Salah satunya UMKM binaanya adalah Kopi Lestari. BI membantu dalam model pengemasan, merek, hingga pemasaran digital untuk meningkatkan daya saing produk kopi tersebut.
BACA JUGA:Jelang Tenggat 60 Hari, Pemdes Dusun Tengah Belum Juga Kembalikan Temuan KN Rp 650 Juta
BACA JUGA:Aktivis Hutan Tolak Rencana Penambangan Emas di Kawasan Hutan Bukit Sanggul
Kepala Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana mengatakan, program pembinaan kepada UMKM Bengkulu khususnya petani kopi bertujuan agar UMKM Bengkulu mampu mandiri, berdaya saing, baik di tingkat lokal maupun nasional.
BI juga mendampingi UMKM untuk mendapatkan akses permodalan. Dalam hal ini BI berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti akademisi dan juga pemerintah.