Sepanjang kita masih tinggal di bumi yang sama, menghirup oksigen yang sama, maka wajib bagi kita untuk memiliki kepedulian dalam ikatan persaudaraan dan kebersamaan.
Dalam Al-Qur’an, kata ukhuwah yang semakna dengannya seringkali diulang untuk mengingatkan kepada kita bahwa jalan tebaik untuk mengarungi kehidupan ini ?adalah dengan memperkokoh persaudaraan.
Hikmah dari Hari Raya Idul Fitri ini tentunya dapat dijadikan sebuah pengingat bersama tentang pentingnya persaudaraan. Saat takbir berkumandang, manusia sadar betul bahwa dirinya tidak berdaya.
Manusia mengakui bahwa dirinya maha kecil dan hanya Allah yang Maha Besar. Takbir dapat menghapus kesombongan dan keangkuhan manusia.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, Ma’asyiral Muslimin Jamaah ‘Id Rahimakumullah Salah satu unsur terpenting dalam menjaga persaudaraan ialah dengan mempererat tali silaturahim. Hal ini bisa kitra simak dalam pesan Rasulullah SAW melalui hadis:
Artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali persaudaraan, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata baik atau diam!”
Dari hadits itu dapat diambil pelajaran bahwa untuk menjadi hamba Allah yang beriman membutuhkan tiga komitmen hidup: menghormati keluarga, menyambung tali silaturrahim dan selalu berbicara baik (atau lebih baik diam).
Upaya untuk mempererat tali silaturrahim ini pada dasarnya adalah untuk menyatukan perbedaan yang niscaya ada dalam kehidupan manusia.
Manusia diajari untuk tidak hanya menjadikan kesamaan sebagai titik kumpul silaturrahim, namun bahkan menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk hal tersebut, karena pada ujungnya, kita adalah sama. Sama manusia, sama makhluk Allah SWT.
Allah melalui Surat Al-Hujurat: 13 mengajarkan kepada kita untuk menjadikan perbedaan sebagai alasan bagi kita agar saling mengenal: Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, Ma’asyiral Muslimin Jamaah ‘Id Rahimakumullah Dalam rangka menguatkan hidup saling bersaudara, Islam mengingatkan sebuah metode kehidupan sosial dengan menghormati lingkar masyarakat terdekat, yaitu tetangga.
Jika bulan Syawal seperti ini, sudah tentu meminta maaf dan saling memberi maaf terpenting adalah kepada tetangga. Kemudian dilanjutkan dengan menyambung persaudaraan kepada semua lapisan masyarakat.
Dan indahnya, pesan Rasulullah saw ditambahkan dengan perlunya menjaga lisan agar selalu bertutur kata yang baik, agar tidak membuat orang lain sakit hati. Ini senada dengan sebuah pesan akhlak Artinya: “Keselamatan seseorang itu ada pada lisannya”.
Ini menjadi penting, terlebih jika kita melihat kondisi bangsa pada saat ini. Kita baru saja melewati sebuah hajat besar yaitu Pemilu 2024. Kita baru saja memilih anggota parlemen dan pemimpin kita yakni presiden dan wakil presiden. Ada sebagian dari kita yang pilihannya menang, dan ada yang kalah.
Masih hangat di ingatan kita betapa seru dan menariknya perselisihan terkait hal ini yang seolah menjadi bumbu langganan tiap lima tahun sekali. Namun, itu sudah lewat, sudah menjadi masa lalu.