Sejarah Suku Dayak, Penghuni Pertama Pulau Kalimantan, Serta Tradisi Adatnya yang Kental
DAYAK: Pakaian adat suku dayak kalimantan-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Suku dayak memiliki filosofi hidup yang diterapkan dalam kehidupan nyata masyarakatnya saat ini.
Filosofi tersebut berbunyi "Adil ka talino, bacuramin ka' saruga, basehangat kajubata," Secara harfiah, "adil ka talino" berarti adil terhadap sesama manusia, "bacuramin ka' saruga" berarti bercermin pada surga, dan "basehangat kajubata" berarti selalu mengingat Tuhan sebagai pemberi kehidupan.
BACA JUGA:7 Suku di Indonesia Yang Dipercaya Memiliki Kesaktian, Ini Nama Sukunya
Nama "Dayak" berasal dari kata "gaya" yang berarti "hulu," merujuk kepada masyarakat yang tinggal di pedalaman Kalimantan, khususnya di Kalimantan Barat.
Terdapat berbagai teori mengenai asal-usul suku Dayak, namun hingga saat ini, belum ada teori yang sepenuhnya memuaskan.
Teori yang paling umum menyatakan bahwa suku Dayak adalah salah satu kelompok asli terbesar dan tertua di Pulau Kalimantan.
Menurut buku Kalimantan Memanggil Alam dan Kebudayaan (1993), orang Dayak diyakini berasal dari Cina Selatan.
Michael C. W. menyebutkan dalam bukunya Manusia Dayak: Dahulu, Sekarang, Masa Depan (1987) bahwa semua suku Dayak termasuk dalam kelompok yang bermigrasi secara besar-besaran dari daratan Asia.
BACA JUGA:10 Suku Misterius di Indonesia yang Dikira Punah, Ternyata Masih Ada, Ini Daftarnya
Mereka berasal dari wilayah yang kini disebut Yunnan di Cina Selatan, kemudian mengembara melalui Indocina dan Jazirah Malaysia sebelum akhirnya memasuki pulau-pulau di Indonesia.
Perpindahan ini menjadi lebih mudah karena pada zaman es, permukaan laut sangat rendah, memungkinkan mereka menyeberangi perairan dengan perahu kecil.
Orang Dayak adalah penduduk asli Pulau Kalimantan, khususnya yang mendiami daerah pesisir maupun daratan.
Ketika orang Melayu dari Sumatera dan Semenanjung Malaya datang, orang Dayak terdorong untuk mundur lebih jauh ke pedalaman.
BACA JUGA:Suku Bedey Di Bangladesh, Hidup Ratusan Tahun Di Atas Perahu, Dan Selalu Berpindah Pindah
Teori migrasi ini menjelaskan mengapa suku Dayak memiliki berbagai bahasa dan budaya yang berbeda.
Saat ini, suku Dayak terbagi menjadi enam rumpun besar, yaitu Apo Kayan, Kenyah, Tayoba, Howout, Danu, Iban, Murut, dan Punang, dengan lebih dari 405 sub-suku.
Meski terbagi dalam ratusan sub-suku, suku Dayak tetap memiliki ciri budaya khas, seperti rumah panjang, tembikar, Mandau (kapak khas), sumpit, dan sistem perladangan.
Selain suku Dayak, Pulau Kalimantan juga dihuni oleh orang Banjar di Kalimantan Selatan dan orang Melayu.
Dalam masyarakat Dayak, budaya setiap sub-suku berkembang secara unik, seperti perbedaan antara Dayak Iban dan Dayak Punan.
BACA JUGA:Pulau Enggano Surga Terpencil di Bengkulu, Di Diami 5 Suku, Berikut Sejarah dan Perkembangannya
Namun, Mandau tetap menjadi simbol penting dalam kehidupan mereka, berfungsi sebagai senjata dan simbol kehormatan serta identitas. Dahulu, Mandau dianggap sakti, terutama jika berhasil dalam pengayauan (perang), dengan rambut lawan yang dikayau digunakan untuk menghias gagangnya.
Suku Dayak memiliki kebudayaan yang mendalam, termasuk upacara tiwah, yaitu upacara pemakaman yang melibatkan ritual dan tarian sebelum tulang-tulang orang yang telah meninggal ditempatkan di sandung.
Sementara itu, dunia supranatural bagi suku Dayak sangat kuat, dengan berbagai praktik magis seperti manaca hantang dan penggunaan mangkok merah sebagai isyarat perang atau siaga.
BACA JUGA:6 Fakta Unik Pulau Bawean, Terletak Di Laut Jawa, Kebiasaan Warganya Mirip Dengan Orang Padang
Kedatangan bangsa Tionghoa ke Kalimantan diperkirakan terjadi pada masa Dinasti Ming sekitar tahun 1368 hingga 1643, tetapi pengaruh mereka terhadap suku Dayak tidak signifikan karena mereka lebih fokus pada perdagangan dengan Kerajaan Banjar di Banjarmasin.
Meskipun begitu, peninggalan budaya Tionghoa masih ada dalam bentuk piring, guci, dan peralatan keramik.
Sebagai catatan, kebudayaan Dayak yang kaya ini merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia. Upacara tiwah, dunia
supranatural, dan berbagai adat istiadat lainnya menjadi bagian dari warisan budaya yang sangat berharga. (**)