Rektor IPB Sebut Sistem Politik Indonesia Perlu Dievaluasi
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Prof. Arif Satria-IST-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co, JAKARTA - Rektor IPB yang juga Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Prof. Arif Satria mengatakan, pelaksanaan demokrasi di Indonesia semakin mahal.
Sehingga dia mengemukakan sistem politik Indonesia perlu dievaluasi secara total agar cita-cita membangun peradaban bangsa dapat tercapai.
BACA JUGA:Pilkada Semakin Dekat, Ini Saran Polisi untuk Masyarakat
"Menurut saya, setelah melihat secara menyeluruh berjalannya sistem politik kita, terlihat makin tidak inklusif dan harus ada evaluasi total untuk memperbaikinya," kata Arif dalam keterangannya di Jakarta.
Dikatakannya, sistem politik Indonesia saat ini semakin bias hanya untuk mereka yang berduit. Selain itu, pendekatan transaksional dalam praktik politik selama ini semakin menjauh dari high politics.
"Bahkan pemilihan legislatif menjadi ajang jor-joran politik uang," ujar Arif.
BACA JUGA:Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bengkulu Selatan Diganti, Infonya Non Job
Melihat kondisi tersebut, Arif mengkhawatirkan akan terjadi pergeseran budaya politik yang cenderung materialistis dan hanya berpihak kepada politisi dengan dukungan modal finansial besar.
"Saya khawatir, lama-kelamaan sistem seperti ini akan terbentuk budaya politik yang cenderung materialistis. Hanya mereka dengan modal besar atau didukung investor bermodal besar yang dapat eksis dalam perpolitikan," katanya.
Arif mengatakan, keadaan itu jelas kontraproduktif dengan cita-cita membangun peradaban bangsa yang seharusnya politik adalah alat untuk membangun peradaban, bukan sekadar perebutan kekuasaan tanpa gagasan.
BACA JUGA:Banjir Landa Kabupaten Seluma, 118 Rumah Terendam, Jembatan Putus
Solusi atas keadaan itu adalah melakukan evaluasi total sistem politik Indonesia agar bangsa Indonesia kembali kepada cita-cita para pendiri Republik Indonesia.
"Politik adalah institusi untuk memperjuangkan terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia," katanya. (**)