Sejarah Dan Mitos Tebat Niniak di Bengkulu Selatan, Dihuni Kawanan Buaya dan Burung Perkutut Sakti
TEBAT NINIAK: Hamparan sawah dekat Tebat Niniak di Bengkulu Selatan-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Tebat Niniak merupakan rawa yang menyerupai kolam berada di Kawasan Perancak Desa Pasar Pino Kecamatan Pino Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan.
Tebat Niniak bukan hanya rawa biasa, namun begitu banyak sejarah dan mitos tentang Tebat Niniak yang sampai saat ini masih diyakini masyarakat sekitar.
BACA JUGA:Empat Balon Kada Mulai Jalin Komunikasi ke PAN Seluma
Mengenai sejarah Tebat Niniak ini tidak ada jejak tertulis yang memastikan kapan dibuat atau dibendung. Masyarakat sekitar hanya meyakini sejarahnya berdasarkan cerita turun menurun yang didengar dari para orang tua terdahulu.
Tebat Niniak diyakini masyarakat Bengkulu Selatan khususnya Kecamatan Pino Raya sekitar empat generasi lalu.
Tebat itu dibangun dengan tujuan sebagai tempat mencari ikan dan sumber air untuk mengairi lahan sawah masyarakat kala itu.
BACA JUGA:Selingkuhi Istri Orang, Ketua BPD Bayar Denda Rp15 Juta, Selamat Dari Proses Hukum
Saat awal dibuat, tebat niniak terdiri dari beberapa kolam kecil yang disatukan oleh kolam besar. Saat air tebat lagi besar maka akan terlihat dari permukaan kalau kolam itu hanya satu petak dengan luas lebih dari 3 hektar.
Namun saat air kolam dikuras maka akan terlihat beberapa sekat kolam, sekat sekat kolam itu merupakan milik para jungku puyang. Diantaranya tebat Puyang Tango Raso, Tebat Puyang Tungkal, Tebat Puyang Selali dan petakan kolam jungku puyang lainnya.
BACA JUGA:Tebat Niniak Direvitalitasi, Sumber Irigasi dan Spot Wisata
Dahulu Tebat Niniak rutin dikuras oleh masyarakat para keturunan jungku puyang. Waktu pengurasan kolam ditetapkan berdasarkan hasil musyawarah, bisa dilakukan tiga tahun sekali atau lima tahun sekali sesuai kesepakatan.
Sebelum dilakukan pengurasan biasanya ada ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat. Ritual diyakini sebagai upaya pamitan dengan mahluk gaib penunggu kolam, kemudian sebagai simbol kerukunan antar anak cucu puyang yang membuat kolam.
BACA JUGA:Dorong Ketersediaan Air Sawah, Tebat Niniak Bakal Direvitalisasi
Saat kolam dikuras masyarakat bebas mencari ikan di kolam itu. Memang kala itu ikan di Tebat Niniak terkenal melimpah, terutama ikan rawah lokal yakni betok, kepar, gabus, lele, sepedak, palau dan ikan sidat.
Tebat Niniak diyakini oleh masyarakat dihuni oleh kawanan buaya. Ceritanya kawanan Buaya itu memang ditugaskan oleh para puyang dahulu untuk menjaga tebat tersebut.
Berdasarkan cerita masyarakat, sekitar 40 tahun lalu saat tebat Niniak di kuras masyarakat sering melihat buaya saat mencari ikan.
BACA JUGA:Akibat Korsleting Listrik, Tempat Usaha Mebel di kaur Terbakar
Namun buaya itu tidak mengganggu, mahluk bersisik kasar tersebut akan pergi mencari tempat yang lebih sepi.
"Saat saya masih Kecil saya pernah ikut orang tua mencari ikan ke Tebat Niniak waktu airnya di kuras. Saya melihat sendiri saat ini ada sarang buaya di semak semak pinggir tebat. Kala itu Tebat Niniak Masih dikelilingi hutan. Kami mencari ikan di petakan kolam puyang Tanggo raso," kata Yakin Udin mantan kepala Desa Tanggo Raso kepada radarselatan.bacakoran.co.
Namun sejak 10 tahun terakhir tidak pernah lagi terdengar masyarakat menceritakan melihat buaya di Tebat Niniak, namun masyarakat masih meyakini jika di kolam itu masih ada kawanan buaya yang menghuninya.
Selain Buaya sebagai penunggunya, ada juga mitos lain dibalik cerita Tebat Niniak. Yakni burung perkutut sakti yang oleh masyarakat sekitar disebut titiran tergedung.
BACA JUGA:POLISI JUJUR! Kembalikan Uang Rp100 Juta Milik Pemudik yang Tercecer di Rest Area
Burung perkutut ini ini disebut sakti bukan karena memiliki kesaktian mandra guna. Tetapi memang memiliki kelebihan tersendiri dan berbeda dengan burung perkutut pada umumnya. Perbedaan yang paling khas adalah pada suaranya.
Perkutut sakti itu tidak selalu muncul, hanya pada saat saat tertentu saja burung ini muncul dan berbunyi di sekitar hamparan sawah kawasdan Tebat Niniak.
Kemunculan perkutut ini tidak bisa diprediksi, bisa dua tahun, bisa tiga tahun atau bahkan lima tahun sekali.
Namun masyarakat meyakini kemunculan burung perkutut ini sebagai pertanda, jika burung itu sudah muncul dan sering berbunyi di sekitar hamparan sawah kawasan Tebat Niniak, maka tahun itu hasil tanaman padi masyarakat akan maksimal.
BACA JUGA:Bupati Gusnan Serahkan Bantuan Masa Panik Kepada Korban Kebakaran Rumah
Selain buaya dan burung titiran tergedung, dahulu saat Tebat Niniak masih luas, ribuan ekor burung belibis menghuni tempat itu. Namun saat ini tidak terlihat lagi kawasan burung belibis, kalaupun masih ada jumlahnya sudah sangat sedikit.
Bukan akibat perburuan, tetapi lahan tebat niniak yang sudah dipenuhi semak menyebabkan burung belibis tidak memiliki tempat lagi untuk berenang.
Seiring berjalannya waktu air Tebat Niniak mulai menyusut, bahkan beberapa lokasinya sudah berubah menjadi daratan dan ditanami kelapa sawit oleh masyarakat.
BACA JUGA:Persaingan Pilkada Bengkulu Selatan Diprediksi Bakal Sengit, Bisa Jadi Muncul “Kuda Hitam”
Bahkan di sekeliling Tebat Niniak tidak ada lagi hutan, semuanya sudah berubah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit masyarakat.
Akibatnya luas Tebat Niniak terus berkurang dan tertutup oleh semak rawah. Lokasinyapun sudah sangat dekat dengan laut, bahkan abrasi di Pantai Perancak sudah mengancam.
Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar, beberapa tahun lalu sudah dibangun saluran irigasi di bagian hilir tebat Niniak menuju hamparan sawah.
BACA JUGA:Aturan Baru Pembelian Gas Elpiji 3 Kg, Masyarakat Harus Terdaftar, Batas Waktu Pendaftaran 31 Mei 2024
Kemudian semak yang tumbuh di dalam lokasi tebat itu sempat ingin dibersihkan, namun terkendala dan akhirnya pembersihan tidak berjalan maksimal.
Tidak banyak orang yang berani masuk ke dalam semak kawasan tebat niniak, bahkan para peburu babi ngeri saat buruan masuk ke semak dalam kawasan Tebat Niniak.
Untuk menuju tebat Niniak sudah ada akses jalannya, saat ini baru sebatas pengoralan. Jalan itu terhubung dari Dusun Padang Lakaran Desa Pasar Pino Kecamatan Pino Raya. Kendaraan roda 4 sudah bisa sampai ke lokasi, namun saat ini jalan didekat Tebat Niniak tepatnya di pinggir Pantai Perancak nyaris putus akibat abrasi.
BACA JUGA:Aturan Baru Pembelian Gas Elpiji 3 Kg, Masyarakat Harus Terdaftar, Batas Waktu Pendaftaran 31 Mei 2024
Rencana Pemkab Bengkulu Selatan merevitalisasi Tebat Niniak untuk kebutuhan pengairan sawah masyarakat serta untuk lokasi wisata masa depan dianggap sangat tepat.
Selain bisa meningkatkan pertanian di Bengkulu Selatan juga akan membangkitkan kembali sejarah dan budaya masyarakat tentang Tebat Niniak yang menyimpan banyak misteri tersebut.
Untuk disulap menjadi kawasan wisata juga bagus, selain letaknya menghadap langsung ke samudra hindia, di kawasan itu juga ada pantai Perancak yang dapat memadukan antara wisata alam tebat Niniak dengan wisata bahari.
BACA JUGA:SIDAK! Sekda Bengkulu Selatan Pastikan ASN Siap Berikan Pelayanan
Kawasan ini juga bisa dikoneksikan dengan Pantai Pino Guntung, yang jaraknya cukup dekat.
Jika rencana menyulap kawasan tebat niniak menjadi kawasan wisata terwujud maka Bengkulu Selatan akan memiliki sebuah kawasan wisata yang menyajikan pemandangan lengkap perpaduan antara pantai dan lautan lepas, hamparan tebat niniak yang menyerupai danau serta hamparan sawah yang luas. Udaranya akan terasa sejuk karena dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit. (stb)