AKHLAK PEMILIH YANG BAIK DALAM ISLAM

AKHLAK PEMILIH YANG BAIK DALAM ISLAM -istimewa-radarselatan.bacakoran.co

BACA JUGA:Curi Handphone, Pelajar Seluma Ditangkap, Satu Buron

Demikian juga dalam Al-Qur'an Q.S Yusuf ayat 54, Allah berfirman agar manusia menjadi orang yang jujur dan cerdas. Pasalnya, kejujuran dan kecerdasan modal dasar manusia untuk hidup di dunia. Jika dua hal itu dipegang, niscaya manusia kelak akan selamat.

"Raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (raja) telah berbicara kepadanya, dia (raja) berkata, “Sesungguhnya (mulai) hari ini engkau menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami lagi sangat dipercaya.”

Menurut Profesor Quraish Shihab, ayat ini mendahulukan kata (hafîzh/pemelihara) daripada kata (‘alîm/amat berpengetahuan).

Ini karena pemeliharaan amanah lebih penting daripada pengetahuan. Seseorang yang memelihara amanah dan tidak berpengetahuan akan terdorong untuk meraih pengetahuan yang belum dimilikinya.

Sebaliknya, seseorang yang berpengetahuan tetapi tidak memiliki amanah, bisa jadi ia menggunakan pengetahuannya untuk mengkhianati amanah.

BACA JUGA:Ketua MUI: Tersangka Cabul Anak Kandung Pantas Dihukum Berat

Hadirin jamaah Jumat yang mulia Kedua, menghargai pilihan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita akan bertemu dengan berbagai macam orang dengan latar belakang dan pilihan yang berbeda-beda.

Termasuk dalam kategori pemilihan umum, tak tertutup kemungkinan antara istri dan suami berbeda, begitu juga orang tua dan anaknya. Pun, antara tetangga dengan tetangga lainnya. Hal ini wajar karena setiap orang memiliki hak untuk memilih apa yang mereka yakini dan inginkan. Perbedaan pilihan itu wajar, terlebih calon yang akan dipilih pun beragam.

BACA JUGA:Anggaran Festival Gurita Disiapkan Rp 500 Juta

Sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk menghargai pilihan orang lain, meskipun berbeda dengan pilihan kita. Allah berfirman dalam Q.S an-Nahl [16] ayat 93; artinya: "Seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja).

Akan tetapi, Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kamu pasti akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan."

Perbedaan adalah kehendak Allah, tetapi Allah tidak menghendaki perbedaan itu menjadi sumber perpecahan dan konflik. Allah menghendaki perbedaan itu menjadi sumber kebaikan dan kemajuan bagi umat manusia. Sejatinya, dengan perbedaan, manusia dapat saling belajar dan bertukar pikiran.

BACA JUGA:Optimalkan Penanganan Pelanggaran Pemilu

Dengan perbedaan, manusia dapat saling melengkapi dan saling menguatkan. Dengan perbedaan, manusia dapat menciptakan hal-hal baru dan bermanfaat bagi umat manusia. Oleh karena itu, kita harus menyikapi perbedaan dengan bijak dan bijaksana.

Tag
Share