Hindar Keracunan, Dapur MBG Harus Punya Alat Uji Makanan
Hindar Keracunan, Dapur MBG Harus Punya Alat Uji Makanan-Istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co, JAKARTA - Pemerintah terus mendorong perbaikan disegala sisi terkait program makan bergisi gratis (MBG). Terbaru, Presiden Prabowo Subianto memerintahkan dapur-dapur makan bergizi gratis (MBG) yang dikelola oleh satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) wajib memiliki alat uji (test kit) untuk mengetes makanan yang mereka produksi sebelum diedarkan ke sekolah-sekolah, anak-anak balita, dan ibu hamil.
Keberadaan alat uji itu merupakan bagian dari prosedur standar operasional (SOP) yang wajib diikuti oleh seluruh SPPG untuk mencegah kasus keracunan kembali berulang.
BACA JUGA:Susman: Butuh Rp50 Miliar Agar Jalan Provinsi di Bengkulu Selatan Mulus
"Jadi, saudara-saudara, 30 juta (penerima) kita bangga, kita risau masih ada (kasus keracunan), makanya kita tertibkan semua SPPG, semua dapur MBG. Kita sudah bikin SOP, semua alat harus dicuci pakai alat modern, dan tidak terlalu mahal untuk membersihkan, untuk membunuh semua bakteri. Kita juga perintahkan semua dapur harus punya test kit, alat uji, sebelum distribusi harus diuji dulu semua, dan langkah preventif lainnya," kata Prabowo, Senin.
BACA JUGA:RSUD Kaur Kekurangan Tenaga Spesialis
Presiden Prabowo kemudian mengumumkan per hari ini jumlah penerima makan bergizi gratis telah mencapai 30 juta orang, yang terdiri atas anak-anak sekolah, anak-anak balita, dan ibu hamil.
BACA JUGA:Bentuk Tim Terpadu, Pemkab Kaur Serius Sikapi Masalah PT DSJ
Sementara itu, belum lama ini Badan Gizi Nasional mengumumkan sepanjang periode Januari hingga September 2025, tercatat 70 insiden keamanan pangan, termasuk insiden keracunan, dan 5.914 penerima MBG pun terdampak. Dari 70 kasus itu, sembilan kasus dengan 1.307 korban ditemukan di wilayah I Sumatera, termasuk di Kabupaten Lebong, Bengkulu, dan Kota Bandar Lampung, Lampung. Kemudian, di wilayah II Pulau Jawa, ada 41 kasus dengan 3.610 penerima MBG yang terdampak, dan di wilayah III di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara ada 20 kasus dengan 997 penerima MBG yang terdampak.
BACA JUGA:Sasar Posyandu, Dinkes Bengkulu Selatan Lakukan POMP Kecacingan
Dari 70 kasus keracunan itu, penyebab utamanya ada kandungan beberapa jenis bakteri yang ditemukan, yaitu e-coli pada air, nasi, tahu, dan ayam. Kemudian, staphylococcus aureus pada tempe dan bakso, salmonella pada ayam, telur, dan sayur, bacillus cereus pada menu mie, dan coliform, PB, klebsiella, proteus dari air yang terkontaminasi. (**)