Hak Seorang Muslim atas Muslim Lainnya

Hak Seorang Muslim atas Muslim Lainnya -istimewa-radarselatan.bacakoran.co

Jika saudaranya atau temannya tersebut mengatakan yarhamukallah, maka hendaklah ia mengatakan yahdikumullah wa yushlihu balakum” (HR al-Bukhari).

Jika orang yang bersin tidak mengucapkan alhamdulillah, maka tidak wajib didoakan. Hal ini berdasarkan hadits yang shahih bahwa ada dua orang laki-laki yang bersin di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Lalu Nabi mendoakan salah satu di antara keduanya dan tidak mendoakan yang lain. Lantas orang yang tidak didoakan itu bertanya: “Wahai Rasulullah, Anda mendoakan orang ini dan tidak mendoakan diriku?” Nabi menjawab: “Orang ini mengucapkan alhamdulillah, sedangkan engkau tidak.” 

Kelima, menjenguknya ketika sakit. Tujuan utama dari menjenguk orang sakit adalah mengokohkan simpul-simpul kecintaan antar kaum Muslimin. 

Hal ini sangat ditekankan terutama antar karib kerabat. Di masa hidupnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk sahabat-sahabatnya yang sakit dan mengatakan kepada yang sakit: “Bagaimana keadaanmu, apa yang kamu rasakan?”  Kemudian Nabi mendoakannya dan tidak berlama-lama di rumahnya. 

Oleh karena itu, seyogyanya kita mengindahkan adab-adab berkunjung seperti yang diteladankan oleh Baginda Nabi tersebut. Adab lain misalkan berbicara dengan orang yang sakit dengan hal-hal yang membesarkan hatinya, melapangkan dadanya dan membuatnya nyaman. 

Jika yang sakit bertanya tentang sakit yang dideritanya, hendaklah kita kesankan bahwa sakit tersebut tidak parah, cepat reda dan umumnya orang bisa sembuh darinya. 

Janganlah kita banyak bicara dan membesar-besarkan penyakitnya. Kita mendoakan kesembuhannya dan kita sampaikan bahwa musibah dapat melebur dosa dan mengangkat derajat seorang Muslim jika dihadapai dengan penuh kesabaran.

Kita juga meminta doa kepadanya. Seseorang yang mengunjungi orang sakit akan dimintakan ampunan dosa oleh para malaikat dan memperoleh kucuran rahmat dari Allah hingga ia pulang kembali ke rumahnya, sebagaimana hal itu dijelaskan dalam sebuah hadits shahih. 

Keenam, mengantarkan dan mengiringi jenazahnya ketika meninggal. Orang yang  mengantarkan jenazah akan mendapatkan pahala seperti besarnya gunung Uhud. 

Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengiringi jenazah seorang Muslim dengan didasari iman dan mengharapkan pahala dari Allah, lalu ia tetap berada di dekatnya hingga  menshalatkan dan selesai dari pemakamannya, maka ia akan pulang membawa dua qirath pahala, satu qirathnya seperti gunung Uhud. Dan barangsiapa menshalatkannya, kemudian pulang sebelum dimakamkan, maka ia pulang membawa satu qirath”  (HR al Bukhari). 

Sudah maklum bahwa mengiringi jenazah hukumnya adalah fardlu kifayah. 

Jika sudah dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin, maka gugur kewajiban sebagian yang lain. Bagi kaum laki-laki, disunnahkan mengantarkan dan mengiringi jenazah. Dan hal ini tidak disunnahkan bagi kaum wanita. 

Ketika mengiringi jenazah, hendaklah kita berjalan dengan diam, sibuk berdzikir, menundukkan kepala sembari merenungkan dan memperbanyak mengingat kematian. Dengan itu, kita tidak akan mudah terlena dengan gemerlapnya kehidupan dunia.  

Perlu ditegaskan dalam kesempatan ini bahwa tidak mengapa jika memperbanyak membaca La ilaha illa Allah ketika mengiringi jenazah. Janganlah kita terpengaruh dengan kaum Wahhabi yang mengharamkan hal itu. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan